Karya lukisan pasir Winarto. (IDN Times/Prayugo Utomo)
Bagi Win, tidak ada batas ruang dan waktu untuk karya seni. Dia berkomitmen terus berkarya.
Kata Win, seniman di Sumut masih membutuhkan banyak ruang. Sehingga hasil karyanya bisa dikenal luas.
Selain mengikuti beragam pameran, Win memanfaatkan even lainnya untuk pamer karya. Beberapa kali, dia diajak Bank Rakyat Indonesia (BRI) untuk tampil dalam gelaran yang dibikin bank BUMN itu.
Pertemuan dengan BRI juga cukup unik. Saat itu, usaha katering yang dirintis sang istri Hamdiah, mengakses Kredit Usaha Rakyat (KUR). Pihak BRI kemudian melakukan survey ke kediaman Win.
“Kepala kantor cabang Kedai Durian itu datang. Kemudian dia tertarik dengan karya seni yang saya bikin. Dari situ saya diajak-ajak untuk ikut even,” katanya.
Dalam berkarya, Winarto tidak pernah mematok jumlah produksinya dalam periode tertentu. Terkadang, dalam sebulan dia belum tentu membuat satu pun lukisan pasir.
“Kalau untuk yang bergaya ideal, tergantung mood,” katanya.
Kecuali jika ada pesanan, Winarto baru mengerjakannya. Tidak hanya lukisan pasir, Winarto pun tengah getol kembali melukis dengan kanvas. Dalam sebulan, dia bisa memproduksi sampai lima lukisan.
Sementara itu, untuk harga lukisan pasirnya dia mematok Rp5 juta – Rp8 juta untuk ukuran 1 x 1 meter.
Kata Win, BRI sebenarnya memiliki potensi untuk membuka ruang bagi para seniman. Khususnya yang menjadi mitra mereka.
“Misalnya, itu di kantor mereka di Menara BRI, bisa dibuat satu space, sudut pameran. Jadi di situ bisa berbagai karya ditampilkan. Nanti beberapa waktu ditukar lagi. Jadi orang bisa melihat, bahwa Sumut ini kaya akan seni dan produk lainnya,” ujarnya.
Dia memberikan saran, BRI bisa menjadi jembatan pemasaran antara para pelaku UMKM dengan konsumen. Termasuk seniman seperti dirinya. “UMKM kita kan bagus-bagus. BRI bisa menciptakan pasar. Membantu memasarkan produk UMKM. Bisa juga menyelipkan produk kita, misalnya untuk hadiah nasabah terbaik. Misalnya, selain dapat sepeda motor, ada souvenir yang di berikan dari produk UMKM kita. Ini jadi media promosi gratis kita,” katanya.
Terpisah, Manager Departemen Ultra Micro, Social Entrepreneurship and Incubation BRI RO Medan Heri Henry mengatakan, selama ini pihaknya memang memberikan fokus pada pengembangan UMKM. Termasuk soal pemberian akses perbankan untuk pembiayaan. Mereka juga getol melakukan pendampingan terhadap pelaku UMKM.
Soal pemasaran, BRI juga memberikan kemudahan untuk para mitranya. Mereka sudah memiliki etalase digital sendiri. Ada dua etalase yang sudah diluncurkan; Localoka dan Pasar.id. Localoka menjadi marketplace bagi para pelaku UMKM binaan BRI.
Sementara itu, Pasar.id merupakan salah satu terobosan baru dari Bank BRI dalam digitalisasi perdagangan pasar tradisional. Pasar.id menjadi media pedagang pasar untuk melakukan aktivitas jual beli secara daring.
“Kita bisa membantu nasabah menjual produknya ke seluruh daerah. Jadi tidak hanya sekedar pajangan. Jadi setiap nasabah bisa membawa produk mereka go nasional dan internasional. Konsepnya seperti marketplace lainnya,” ujar Heri.
Untuk pengembangan UMKM, bank pelat merah itu juga intens melakukan pendampingan. Bahkan pendampingan dilakukan terhadap UMKM yang masih baru sekalipun. Pihaknya juga terus mendorong figur inspiratif lokal untuk memberikan pengaruh baik bagi para pelaku UMKM.
“Dari level desa, kita ada program desa binaan. Desa Brilian. Nanti ada petugas yang kita tempatkan di situ, berupa mantri, atau unit. Ini bisamemberikan konklusi dan informasi layanan keuangan secara menyeluruh kepada masyarakat. Kami juga menggelar pelatihan, terhadap BUMDES. Misalnya pelatihan manajemen keuangan di usaha. Kita menghadirkan narsum ekspert,” katanya.