Mengutamakan diri sendiri sering kali dianggap egois, terutama jika tumbuh dalam lingkungan yang menanamkan nilai bahwa “baik” berarti selalu hadir untuk orang lain, bahkan saat diri sendiri lelah. Padahal, merawat diri dan mendahulukan kebutuhan pribadi bukan bentuk keegoisan, melainkan tanda bahwa seseorang mengenal batas dan menghargai dirinya. Sayangnya, tidak semua orang bisa merasa tenang saat melakukan itu.
Banyak yang diam-diam menyimpan rasa bersalah ketika mengambil waktu untuk istirahat, berkata “tidak”, atau memilih hal yang membuat diri nyaman. Perasaan ini tidak datang dari kesalahan nyata, melainkan dari konflik batin antara keinginan diri dan ekspektasi orang lain.
Jika dibiarkan, rasa bersalah ini bisa menjadi beban emosional yang menggerogoti ketenangan. Berikut lima tanda bahwa seseorang mulai merasa bersalah saat mencoba mengutamakan diri sendiri.