Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

4 Strategi Ubah Testimoni jadi Konten Branding yang Powerful

ilustrasi konten branding (freepik.com/freepik)

Di tengah persaingan bisnis digital yang makin ketat, kepercayaan konsumen jadi komoditas paling mahal. Salah satu cara paling jujur untuk membangun kepercayaan itu adalah melalui testimoni. Testimoni bukan cuma sekadar kata-kata manis dari pelanggan lama, tapi bisa berubah jadi amunisi branding yang ampuh. Dengan strategi yang tepat, testimoni bisa membuat citra produk atau jasa terasa lebih otentik dan meyakinkan, tanpa perlu kesan terlalu “jualan”.

Sayangnya, banyak brand yang belum memaksimalkan potensi testimoni. Mereka hanya menaruhnya di pojok website atau menaruhnya seadanya di feed media sosial. Padahal, testimoni bisa diolah jadi konten yang menginspirasi, emosional, bahkan viral.

Artikel ini akan membahas strategi konkret untuk mengubah testimoni pelanggan menjadi konten branding yang powerful dan tetap relevan untuk berbagai platform.

1. Pilih testimoni yang mengandung cerita, bukan sekadar pujian

ilustrasi testimoni (freepik.com/freepik)

Testimoni yang paling menarik bukan yang cuma bilang “Produk ini bagus” atau “Pelayanannya cepat”, tapi yang membawa cerita. Testimoni berbasis narasi, seperti pengalaman saat menghadapi masalah lalu menemukan solusi lewat produk atau jasa, jauh lebih menggugah. Cerita memberikan konteks, menjelaskan latar belakang, dan membuat testimoni terasa lebih manusiawi. Ini akan jauh lebih kuat efeknya dalam menyentuh emosi audiens.

Cari testimoni yang menggambarkan perubahan atau hasil konkret. Misalnya, dari pelanggan yang sebelumnya merasa kewalahan mengurus bisnis lalu berhasil tertata berkat layanan yang digunakan. Testimoni seperti itu bisa dijadikan konten panjang, dikembangkan jadi artikel, video pendek, atau carousel Instagram. Sentuhan personal dan emosional akan membuat konten lebih mudah diingat.

2. Kemas ulang testimoni jadi beragam format konten

ilustrasi mengedit video (freepik.com/DC Studio)

Satu testimoni bisa dikembangkan jadi berbagai format konten tanpa kehilangan makna aslinya. Misalnya, dari satu testimoni tertulis, bisa diolah jadi video testimonial, quote visual, atau bahkan thread di X (Twitter). Dengan format berbeda, konten bisa menyasar berbagai tipe audiens dan platform secara maksimal. Strategi ini membuat testimoni gak monoton dan terasa lebih dinamis.

Untuk media sosial visual seperti Instagram atau TikTok, testimoni bisa digubah jadi reel atau carousel dengan storytelling. Sementara untuk blog, bisa dijadikan studi kasus atau artikel opini dari sudut pandang pelanggan. Jangan ragu eksplorasi gaya desain dan tone narasi yang sesuai dengan brand. Selama esensinya tetap otentik, testimoni tetap punya daya pukau tinggi.

3. Sertakan wajah dan identitas pelanggan (dengan izin)

ilustrasi merekam pelanggan (freepik.com/freepik)

Salah satu cara membuat testimoni terasa lebih kredibel adalah dengan menyertakan identitas asli pelanggan. Nama lengkap, wajah, dan bahkan akun media sosialnya (kalau bersedia dibagikan) bisa menambah kepercayaan. Orang cenderung lebih percaya pada testimoni yang bisa diverifikasi, bukan sekadar “Anonim” atau “A dari Jakarta”. Keterbukaan ini menciptakan koneksi yang lebih kuat dengan audiens.

Tentu, izin tetap jadi prioritas utama sebelum membagikan data atau wajah pelanggan. Kalau memang diperbolehkan, testimoni dengan wajah pelanggan bisa ditampilkan dalam format video pendek atau potret dengan kutipan. Hal ini akan memberikan kesan kejujuran, serta membuat audiens merasa testimoni itu datang dari orang nyata, bukan hasil rekayasa. Efek sosialnya bisa sangat kuat dalam proses branding.

4. Gunakan testimoni sebagai landasan cerita kampanye

ilustrasi storytelling (freepik.com/DC Studio)

Alih-alih menjadikan testimoni sebagai elemen tambahan, gunakan testimoni sebagai fondasi utama dalam kampanye branding. Buat rangkaian konten yang dimulai dari satu testimoni inspiratif dan dikembangkan menjadi storytelling utuh. Dari cerita pelanggan, bisa lahir tema kampanye yang relatable seperti “Dari Stres ke Sukses” atau “Perjalanan Temukan Solusi”. Ini akan memberikan kampanye nuansa yang lebih personal dan mendalam.

Ketika kampanye dibangun di atas pengalaman nyata, audiens lebih mudah merasa terlibat. Bahkan bisa muncul rasa “itu juga aku banget” ketika melihat pengalaman orang lain. Kampanye semacam ini lebih mudah viral karena orang suka berbagi cerita yang menyentuh atau memberi semangat. Branding pun jadi lebih kuat karena berakar dari pengalaman konsumen, bukan imajinasi tim kreatif semata.

Mengubah testimoni menjadi konten branding bukan cuma soal estetika visual, tapi soal cara menyampaikan pengalaman secara otentik dan menyentuh. Dengan pendekatan yang kreatif dan tetap menghormati suara pelanggan, testimoni bisa menjadi alat branding yang gak kalah hebat dari iklan berbayar. Mulailah melihat testimoni sebagai sumber cerita, bukan sekadar bukti pujian.

Dengan strategi di atas, testimoni bisa menjadi pondasi kuat untuk membangun citra merek yang jujur, menarik, dan dekat dengan konsumen. Jangan sia-siakan potensi testimoni, mulai dari gali, olah, dan ubah jadi cerita yang menggema lebih luas.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Doni Hermawan
EditorDoni Hermawan
Follow Us