Program TB Care PDA Indonesia sudah ada sejak tahun 2009. Namun didonori oleh GlobalFund sejak akhir 2016. Program ini digulirkan di seluruh Indonesia, dengan PDA sebagai eksekutornya di lapangan. Pada awalnya PDA Medan merekrut lebih dari 200 orang di 21 kecamatan Kota Medan untuk menjadi kader TB.
Dari sekian banyak kader, yang konsisten hingga saat ini ada sekitar 84 orang. Bekerja melingkupi 21 kecamatan. Tugas kader adalah mencari pasien TB, mendata, mengawasi, dan mengontrol jadwal minum obat pasien TB.
Selain itu, pasien-pasien yang dengan kesadaran sendiri berobat ke Puskesmas juga akan dibantu kontrol minum obatnya oleh kader TB Aisyiyah.
"Jadi program ini juga bekerja sama dengan Pemko Medan, dan puskesmas-puskesmas yang ada di Kota Medan. Bahkan kader kami kehadirannya sangat membantu petugas-petugas di puskesmas. Karena pasien di puskesmas kan banyak, terkadang tidak cepat ditangani, sehingga kader-kader kita yang membantu melayani," ujat Kholisani saat ditemui IDN Times, Selasa (24/11/2020).
Di awal pembentukan, tugas kader TB adalah mencari warga yang terkena TB di wilayah tugas mereka masing-masing. Kemudian mendatanya dan memberikan pengarahan untuk berobat ke puskesmas bagi pasien yang belum pernah berobat.
Tugas lainnya adalah melakukan Investigation Contact (ICA). Yakni melacak pasien TB baru di sekitar pasien TB yang sudah ditangani oleh puskesmas. Karena TB adalah salah satu yang sangat mudah menular.
"Bahkan ada yang satu keluarga itu tertular TB, suami, istri, anak semua kena," terangnya.
Dari pendataan tersebut, maka tugas kader TB selanjutnya adalah memastikan si pasien konsisten mengambil obat ke puskesmas dan rutin meminum obat. Karena kunci utama sembuh dari TB adalah minum obat tidak putus minimal selama 6 bulan.
"Dari yang sudah kita lakukan ini, kita mendata ada lebih dari 2000-an pasien TB yang ditangani oleh 84 kader TB Aisyiyah Medan. Bahkan di masa pandemik ini, semua tetap konsisten mendatangi rumah-rumah warga untuk mengontrol pasien meminum obat serta mengecek pengambilan obat pasien ke puskesmas," ungkapnya.
Semua obat TB disediakan gratis oleh Puskesmas, sebagai bentuk kerja sama PDA Aisyiyah Medan dengan Pemko Medan.
Untuk bisa mewujudkan kerja sama ini dengan baik, beberapa kali PDA Medan melakukan pertemuan dengan seluruh camat, terutama kecamatan dengan pasien TB terbanyak, yakni Belawan dan Helvetia.
Selain itu, PDA Medan juga pernah melakukan audiensi ke DPRD Medan dan Wali Kota Medan pada 2019 dan awal 2020. Tujuannya adalah untuk mendorong Perda atau Perwal terkait penanganan Pasien TB di Kota Medan. Termasuk memerhatikan asupan gizi para pasien TB.
"Sudah disepakati memang dengan DPRD dan Wali Kota Medan. Namun hingga hari ini belum kelihatan realisasinya," jelasnya.
Ia berharap ke depannya, semua pihak bisa bisa lebih peduli pada pasien TB untuk menekan jumlah pasien dan penularan TB di Kota Medan. Termasuk mendukung adanya Perwal atau Perda penangangan TB yang bisa direalisasikan sesegera mungkin.
Setelah program ini berjalan kurang lebih empat tahun, kata Kholisani, kader TB asal Medan, Siti Maria terpilih sebagai kader terbaik di Indonesia pada tahun 2019.
Indarsih Darmawani, Wakil Ketua PDA Medan Koordinator Majelis Kesehatan bercerita Siti Maria memang sangat aktif dibanding kader-kader yang lain. Pada usia yang sudah lanjut, Siti Maria tetap aktif mendatangi rumah-rumah pasien TB untuk mengontrol peminuman obat.
"Di masa pandemi ini gak ada kendornya. Karena TB ini memang gak bisa putus minum obatnya minimal sampai 6 bulan. Jadi kalau tak diingatkan kader, terkadang pasien ini gak mau meminum obat. Ada juga mungkin yang bohong-bohong, bilang sudah minum obat, tapi ternyata gak diminum, atau obatnya dibuang," katanya.
Pasalnya, obat TB ini memang tidak sedikit. Ada sekitar 6 pil yang harus rutin diminum. Selain itu, hal yang miris, beberapa pasien berasal dari keluarga yang kurang mampu yang untuk konsumsi harian saja sangat sulit.
"Jadi mereka ngeluh gimana mau minum obat kalau makan nasi aja enggak. Itu kan masalah sebenarnya, karena gak akan bisa diminum obatnya kalau belum makan nasi. Jadi kami pernah coba carikan solusinya, kita beri sembako kepada para pasien TB tiga bulan sekali. Tapi baru dua kali berjalan, dananya sudah tidak ada lagi," ungkapnya.
Namun, bagi Indarsih, adanya pandemik COVID-19 ini sedikit memberikan dampak positif pada pasien TB. Pasalnya, sebelum ada COVID-19, sangat sulit menyuruh pasien TB untuk memakai masker. Sehingga, potensi menyebarkan virus TB kepada keluarga dan tetangga sangat besar. Bahkan ada kader TB yang ikut tertular.
"Sekarang masa pandemik, malah pasien-pasien TB gak disuruh juga udah pakai masker sendiri. Jadi itu membantu para kader untuk tidak tertular," jelasnya.
Desember 2020, program TB kerja sama PDA Indonesia dan Global Fund ini nantinya akan habis. PDA akan berusaha mengelola program ini secara mandiri.
Selain itu, program ini nantinya akan dilanjutkan oleh lembaga lain bernama Penabulu. Untuk para para kader yang sudah bertahun-tahun dikelola oleh PDA Medan akan diserahkan kepada Pemko Medan lalu akan menjadi kader TB di bawah pengelolaan Penabulu.
“Saya pribadi dan para kader tentunya sedih program TB PDA Medan berakhir tahun ini, karena kita sudah bertahun-tahun bersama. Namun demi berlanjutnya aktivitas kader TB ini, yang sebagian mendapat penghasilan tambahan dari sini, tentu kita akan dukung terus mereka walaupun berada di bawah pengelolaan LSM lain,” katanya wanita yang juga menjabat Kepala SSR Kota Medan.