Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

3 Kesalahan dalam Menasihati yang Bikin Niat Baikmu Gagal Dipahami

ilustrasi percakapan (pexels.com/Nicole Michalou)

Salah satu bentuk kepedulian dan rasa sayang kepada seseorang adalah berani memberikan nasihat, terutama saat orang tersebut tidak sadar bahwa apa yang diyakininya benar, ternyata salah. Kamu ingin mengingatkan agar orang-orang tersebut tidak sampai terjerumus pada hal buruk yang merugikan. Meski tidak mudah, kamu berusaha memberanikan diri demi niat mulia “menyelamatkan” mereka yang kamu sayangi.

Namun, pada kenyataannya tidak semua nasihat dapat diterima, sekali pun isinya sangat berharga. Alih-alih mendatangkan kesadaran, ucapanmu tersebut malah terkadang menimbulkan rasa sakit hati. Lantas, apa yang keliru, ya? Ternyata, beberapa kesalahan dalam menasihati berikut ini bikin niat baikmu gagal dipahami, lho!

1.Ingin menasihati karena merasa orang tersebut membutuhkannya

ilustrasi mengobrol (pexels.com/Sora Shimazaki)

Ketika kamu menyayangi seseorang, pasti di dalam hati akan tumbuh keinginan untuk memberikan yang terbaik baginya, meski tanpa diminta terlebih dahulu. Hal ini juga terjadi saat orang tersebut tampaknya sedang menghadapi situasi yang cukup sulit. Berbekal rasa peduli yang tinggi, kamu berinisiatif untuk menyampaikan nasihat karena merasa orang itu sangat membutuhkannya.

Sayangnya, tindakan ini terkadang tidak mendapatkan respons positif. Pasalnya, banyak orang sebenarnya sudah paham bahwa dirinya tidak sedang baik-baik saja, tetapi juga sudah berusaha berproses untuk memperbaiki situasi, meski belum mendapatkan hasil yang diharapkan. Akibatnya, nasihat yang kamu sampaikan justru bisa semakin membebani karena membuat orang yang bersangkutan merasa kurang nyaman.

2.Memberikan nasihat dengan cara yang tidak membuat berkenan

ilustrasi mengobrol (pexels.com/Keira Burton)

Banyak orang merasa kesal bila nasihat yang mereka berikan kepada seseorang ternyata tidak didengarkan atau diterima sesuai dengan ekspektasi. Tanpa melakukan evaluasi, mereka langsung saja menyalahkan orang tersebut. Padahal, kesalahan ada pada diri sendiri, berupa menyampaikan suatu kebaikan dengan cara membuat orang yang bersangkutan tidak berkenan.

Perlu dipahami bahwa nasihat memang mengandung nilai-nilai kebaikan. Namun, bila cara penyampaiannya keliru dan malah menyebabkan orang lain tersinggung, maka hal ini juga tidak dapat dibenarkan. Oleh sebab itu, bila kamu berniat menasihati seseorang, lakukan dengan sopan dan santun, sehingga orang yang menerimanya bisa berkenan, ya.

3.Menasihati di depan umum

ilustrasi karyawati yang sedang mengobrol di waktu luang (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Orang yang sedang dinasihati secara pribadi pun tidak selalu bisa langsung memahami kesalahan dirinya. Banyak yang butuh waktu lama hingga mampu menerima kenyataan bahwa dia memang keliru dan nasihat yang terasa menyakitkan itu benar adanya. Nah, bayangkan bila kamu tidak bisa membaca situasi dan nekat menasihati seseorang di depan umum. Alih-alih berterima kasih karena telah diingatkan, justru yang ada dia kesal karena merasa seperti dipermalukan.

Kamu harus selalu ingat bahwa sekali pun niatmu baik, tetapi bila eksekusinya salah kaprah begini tentu pesan mulia yang ada tidak akan tersampaikan sebagaimana mestinya. Mulai sekarang, belajarlah untuk menasihati dengan cara yang baik.

Temui orang yang bersangkutan secara pribadi dan sampaikan pesanmu dengan lemah lembut, tanpa ada nuansa menghakimi atau pun menggurui. Setelah itu, bersabarlah, jangan langsung berharap kata-katamu dapat mencerahkan harinya karena setiap orang berproses dengan cara yang berbeda.

Memberikan nasihat memang suatu perbuatan mulia karena menunjukkan rasa kepedulian kepada seseorang yang kamu sayangi. Kendati begitu, jangan sampai kebaikan tersebut dieksekusi dengan cara yang keliru karena bikin niat baikmu gagal dipahami. Pelajari kesalahan-kesalahan yang dijelaskan dalam artikel agar kamu bisa menghindarinya, ya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ratna Kurnia Ramadhani
EditorRatna Kurnia Ramadhani
Follow Us