Psikolog: Edukasi Seks untuk Antisipasi Pernikahan Dini

31 Jan 2023, 19:00 WIB

ilustrasi pernikahan (IDN Times/Mardya Shakti)

Medan, IDN Times- Membicarakan edukasi seks pada anak masih dianggap tabu dalam sekelompok masyarakat. Padahal edukasi seks dapat mencegah kekerasan seksual dan mengantisipasi pernikahan dini.

Irna Minauli, Psikolog Minauli Consulting mengatakan pendidikan seks masih banyak disalah artikan. Padahal istilah pendidikan seks mencakup beragam area tubuh.

"Tentang hak-hak dan tanggung jawab, hubungan dan persahabatan, bagaimana membangun komunikasi efektif antara orang tua dan anak, pembuatan keputusan serta memahami perilaku-perilaku berisiko," ungkapnya kepada IDN Times, Selasa (31/1/2023).

1. Kurangnya pengetahuan mengenai seksualitas dapat meningkatkan risiko

Ilustrasi Kekerasan pada Anak (IDN Times/Sukma Shakti)

Irna menjelaskan, penelitian menemukan bahwa anak-anak yang merasa nyaman membicarakan masalah seksualitas dengan orangtuanya. Maka lebih sedikit peluangnya terlibat dalam hubungan seks sebelum menikah.

Demikian pula penelitian lain menemukan bahwa remaja yang hamil di luar nikah umumnya adalah mereka yang tidak pernah mendapat pendidikan seks dari orangtuanya.

"Kurangnya pengetahuan mengenai seksualitas justru meningkatkan risiko yang lebih besar," tuturnya.

2. Pentingnya mengajarkan anak sejak dini

Ilustrasi. (IDN Times/Vanny El-Rahman)

Lebih lanjut, katanya, kehaliman yang terjadi di luar pernikahan menyebabkan remaja putus sekolah. Menurutnya, remaja yang mengalami kehamilan tidak dikehendaki juga cenderung memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah. Sehingga mengalami kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik serta untuk mencapai status sosial ekonomi yang lebih tinggi.

"Semakin maraknya tingkat pelecehan seksual dan pemerkosaan yang dilakukan terhadap anak-anak di bawah umur, maka orangtua perlu lebih waspada dan mengajarkan anak sejak dini," ungkapnya.

Ia mencontohkan pendidikan seks itu dapat dilakukan melalui informasi tentang bagian tubuh mana yang boleh dipegang orang lain dan mana yang tidak boleh. "Para guru taman kanak-kanank, banyak yang sudah mengajarkan tentang sentuhan boleh dan tidak boleh serta apa yang harus dilakukan ketika anak mengalaminya," ucapnya.

3. Komunikasi antara anak dengan orang tua harus tetap terjalin

pexels.com/christina morillo

Untuk itu, komunikasi dan keterbukaan antara anak dengan orang tua harus tetap terjalin sehingga anak leluasa untuk menyampaikan apa yang dirasakan. Ketika anak mengalami pencabulan maka orang tua juga perlu memahami perubahan perilaku yang dialami anaknya.

"Orang tua juga perlu mengajarkan anak untuk memberitahukan jika ada orang lain yang memberikan hadiah-hadiah. Hal ini disebabkan karena kaum pedofilia sering menggunakan teknik grooming dengan mendadani anak dan memberikan berbagai hadiah," katanya

4. Ajarkan anak untuk tidak sembarang menerima ajakan pertemanan di sosial media

ilustrasi hp (unsplash.com/Luis Villasmil)

Ia menyampaikan, ketika anak mulai remaja, ajarkan pada anak untuk tidak sembarang menerima ajakan pertemanan di sosial media. Banyak perkosaan dilakukan oleh mereka yang bertemu di sosial media.

"Itu sebabnya orang tua perlu mengajarkan dan mendampingi anak sejak dini sehingga mencegah berbagai hal yang merugikan di kemudian hari," ujarnya.

Menurut Irna, Ironisnya, masih banyak orang tua yang terlihat enggan mengajarkan masalah pendidikan seks ini, namun tanpa mereka sadari telah membuat anak-anaknya terpapar dengan seks secara langsung.