7 Tradisi Tahun Baru Imlek yang Sudah Sulit Ditemukan

Medan, IDN Times - Tahun Baru Imlek adalah salah satu festival tradisional terpenting bagi masyarakat Tionghoa. Banyak tradisi yang memiliki makna di dalam Imlek.
Tidak hanya yang populer saat ini seperti kue bakul atau membagi angpao. Pada masyarakat tradisional Tionghoa, perayaan Imlek selalu diwarnai dengan berbagai aktivitas tradisi.
Melestarikan tradisi ini tidak hanya memperkaya budaya, tetapi juga menjadi pengingat akan nilai-nilai yang diwariskan oleh leluhur. Berikut ini adalah 7 tradisi unik yang kini semakin jarang dilakukan, dilansir dari chinahighlights.com.
1. Tradisi persembahan kepada Dewa Kompor Dapur

Menurut legenda, pada tanggal 23 bulan 12 kalender lunar Tiongkok, Dewa Kompor Dapur pergi ke surga untuk melaporkan perilaku setiap rumah tangga kepada Kaisar Giok.
Untuk mendapatkan laporan yang baik, masyarakat biasanya membuat persembahan berupa kue gula dan makanan lezat lainnya.
Dewa dipercaya akan menyampaikan hal-hal manis tentang keluarga setelah mencicipi kue gula tersebut. Namun, di era modern, ritual ini semakin jarang terlihat, terutama karena rumah-rumah modern tak lagi memiliki tungku dapur tradisional.
2. Menikah tanpa memilih tanggal tertentu

Dahulu, antara tanggal 23 hingga 30 bulan 12 Imlek dianggap bebas dari tabu. Artinya, tidak perlu memilih tanggal keberuntungan untuk menikah.
Banyak pasangan muda memanfaatkan periode ini untuk melangsungkan pernikahan sebelum Festival Musim Semi.
Namun, dengan adanya libur umum selama Tahun Baru Imlek, pasangan kini lebih memilih menikah pada saat festival karena memiliki lebih banyak waktu luang.
3. Melakukan fermentasi tepung pada tanggal 28 Bulan 12 tahun Lunar

Ada pepatah Tionghoa yang mengatakan, "Adonan harus difermentasi pada tanggal 28." Tradisi ini dilakukan untuk mempersiapkan roti kukus sebagai hidangan utama Festival Musim Semi.
Dahulu, adonan difermentasi hanya beberapa hari sebelum festival untuk menghindari kerusakan. Kini, dengan keberadaan bubuk pengembang, lemari es, dan toko roti, kebiasaan ini semakin jarang dilakukan.
4. Membuat roti kukus

Roti kukus menjadi simbol penting dalam perayaan Tahun Baru Imlek, terutama di Beijing kuno. Pada tanggal 29 bulan 12, masyarakat akan menyiapkan roti kukus dengan isian pasta kacang merah atau kurma merah.
Roti ini sering dihias dengan titik-titik merah sebagai simbol keberuntungan. Orang Tionghoa percaya bahwa memasak atau mengukus roti antara tanggal 1 hingga 5 bulan 1 lunar dianggap membawa sial. Oleh karena itu, mereka menyiapkan stok roti selama seminggu penuh sebelum festival.
5. Menyalakan petasan pembukaan pintu

Tradisi ini dilakukan pada pukul 12 malam di hari pertama Tahun Baru Imlek. Setiap rumah tangga berusaha menjadi yang pertama menyalakan petasan untuk menyambut tahun baru dengan keberuntungan.
Namun, aturan pelarangan petasan di banyak kota besar di Tiongkok membuat tradisi ini hanya dapat ditemukan di pedesaan atau wilayah provinsi.
6. Larangan menggunakan sapu pada hari tahun baru

Pada hari pertama Festival Musim Semi, masyarakat tidak boleh menyapu lantai, membuang sampah, atau memercikkan air. Hal ini dipercaya dapat "menyapu" keberuntungan di tahun yang baru.
Sebagai gantinya, orang-orang melakukan "bersih-bersih musim semi" sehari sebelum Tahun Baru Imlek untuk mengucapkan selamat tinggal pada tahun yang lama. Meski tradisi ini masih populer di pedesaan, di kota-kota besar sudah mulai ditinggalkan.
7. Persembahan kepada dewa keberuntungan

Di beberapa wilayah Tiongkok, hari ke-2 atau ke-5 Festival Musim Semi digunakan untuk mempersembahkan kurban kepada Dewa Keberuntungan. Persembahan biasanya berupa babi utuh, kambing, atau ikan mas hidup, dengan harapan mendatangkan rezeki berlimpah.
Menurut cerita rakyat, Dewa Keberuntungan disebut sebagai Dewa Lima Jalan, meliputi Timur, Barat, Utara, Selatan, dan Tengah. Tradisi ini kini semakin jarang dilakukan, terutama di daerah perkotaan.