Contoh barang hasil pembuatan Nur Intan Tanaka (Dok. istimewa)
Saat ini, kondisi suami Tanaka yang kini berusia 66 tahun belum juga membaik. Ia kesulitan bergerak. Dan untuk beraktivitas seperti bergeser kasur, Tanaka harus memasang tali untuk pegangan.
Tanaka mengakui pernah ada di titik terendah. Dia bingung harus melakukan apa. "Saya sempat goyah, karena keadaan yang seperti ini di satu sisi saya harus berjuang untuk anak dan suami, di satu sisi lagi saya harus mencari nafkah dan di satu sisi lagi pendapatan di bawah standar. Jadi, saya bingung harus bagaimana. Terkadang juga saya nangis," tuturnya.
Begitupun Tanaka berprinsip untuk tak ingin meminjam uang kepada siapapun. Karena takut tak sanggup membayar. Bahkan sempat tercetus keinginan bunuh diri. "Dan saya sempat putus asa ingin mengakhiri hidup,tetapi teringat anak dan suami. Saya gak sanggup," katanya masih dengan mata yang berkaca-kaca.
Syukurnya Tanaka berhasil tegar. Suami dan anak jadi alasannya tetap hidup dan berjuang.
"Bila terjepit kesusahan harus tegar jangan gampang tergoda dengan iming-iming ini itu harus kuat, itu sudah kewajiban kita sebagai istri dan untuk perempuan-perempuan Indonesia jika ada suami sakit urus dia sebisa mungkin," tegasnya.
Tanaka berharap pemerintah meringankan sedikit bebannya. Salah satunya dengan menurunkan harga aluminium sebagai bahan baku.
"Berharapnya sih dari pemerintah ada dilihat sedikit sih, saya berharapnya tolonglah harga bahan-bahan aluminium, seng dan stainless tolong diturunkan. Saking mahalnya kalau ada yang pesan, dipanjar baru saya beli bahan, dan sempat juga pelanggan bilang 'Ibu ini takut kali tidak dibayar'. Bukan karena itu, tetapi harga bahan yang mahal sekali, terkadang saya malu karena dibilang seperti itu," pungkasnya.