5 Penyebab Bahasa Daerah Menjadi Kurang Populer di Era Gen Z

Terancam punah?

Bahasa merupakan sebuah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain. Dengan bahasa, kamu dan orang yang berkenalan bisa menjalin hubungan satu sama lain dalam artian bisa saling kenal, membangun komunikasi yang intens hingga pada akhirnya bisa bersahabat.

Menjadi bagian masyarakat Indonesia, tentu saja bahasa yang digunakan sebagai komunikasi pemersatu antara satu daerah dengan daerah lainnya adalah bahasa Indonesia. Uniknya lagi, di Indonesia terdapat beragam bahasa yang dikenal sebagai bahasa daerah.

Namun menukil dari berbagai sumber, disebutkan bahwa bahasa daerah telah mengalami degradasi atau penurunan penuturnya yang berimbas pada punahnya bahasa tersebut terlebih lagi di kalangan generasi millennial hingga gen z saat ini. Berikut faktor-faktor yang menyebabkanya. Simak yuk!

1. Penutur dari bahasa daerah tersebut semakin berkurang

5 Penyebab Bahasa Daerah Menjadi Kurang Populer di Era Gen Zpexels.com/Werner Pfennig

Salah satu daerah di Indonesia yakni di Kampung Konda dan Wamargege, Kabupaten Sorong Selatan. Di mana etnik Yaben yang ada di daerah tersebut mengalami penurunan penutur bahasanya yang diperkirankan hanya sekitar 500 orang saja.

Sementara menjadi pengguna bahasa mayoritas yang ada di daerah itu adalah bahasa Melayu Papua yang memang secara umum digunakan di Papua. Sehingga berpengaruh pada etnik Yaben sendiri yang lebih banyak cenderung menggunakan bahasa Melayu Papua.

2. Generasi muda yang tak lagi tertarik untuk belajar bahasa daerah

5 Penyebab Bahasa Daerah Menjadi Kurang Populer di Era Gen Zpexels.com/Mikael Blomkvist

Gairah atau keinginan dari generasi muda millennial saat ini yang semakin cenderung tidak tertarik menggunakan bahasa daerah adalah ditunjukkan dengan adanya anggapan bahwa penggunaan bahasa daerah itu tidaklah bergengsi alias kampungan dan dengan sikap ini penghormatan terhadap bahasa daerah pun semakin menurun.

Ditambah lagi, mereka generasi millennial lebih tertarik untuk menggunakan bahasa sehari-hari mereka dengan bahasa Indonesia, bahkan merasa lebih nyaman jika menggunakan bahasa-bahasa asing seperti bahasa Inggris dan lainnya.

Baca Juga: 7 Fakta Swiss yang Jarang Diketahui, Punya Banyak Bahasa Resmi 

3. Bahasa Inggris menjadi alat komunikasi yang diterima secara global

5 Penyebab Bahasa Daerah Menjadi Kurang Populer di Era Gen Zpexels.com/ICSA

Bukan hal baru lagi, jika bahasa Inggris memang menjadi alat komunikasi yang digunakan oleh sebagian besar manusia dalam pergaulan internasional. Maka, secara perlahan penuturan bahasa Inggris baik di lingkup formal atau pun non formal menjadi salah satu sebab dari proses punahnya bahasa daerah terkhusus yang ada di Indonesia.

UNESCO juga telah mencatatkan pada tahun 2001, terdapat 640 bahasa yang ada di Indonesia. 139 bahasa terancam punah dan 15 bahasa dinyatakan telah punah. Sementara itu, hanya terdapat 13 bahasa daerah saja yang penuturnya di atas satu juta orang dari total jumlah penduduk Indonesia sebanyak 250 juta jiwa.

4. Masyarakat yang melakukan migrasi ke daerah lain

5 Penyebab Bahasa Daerah Menjadi Kurang Populer di Era Gen Zpexels.com/RF._.studio

Tak dipungkiri bahwa terjadinya migrasi oleh masyarakat ini dipengaruhi oleh ketersedian lapangan kerja di daerah tempatnya tinggal dan menetap sangatlah terbatas, melanjutkan pendidikan dan mengikuti keluarga.

Tanpa disadari, migrasi yang dilakukan oleh seseorang atau lebih tentu saja akan memengaruhi kelangsungan bahasa daerahnya. Dimana mereka akan lebih mempertimbangkan untuk menyesuaikan diri dengan bahasa daerah setempat dibanding bahasa daerah asal mereka.

Misalnya, para perantau yang bermigrasi ke Jakarta dengan daerah asalanya Manado yang cenderung open-minded termasuk pada aspek kebahasaan. Sangat besar kemungkinan mereka akan menggunakan bahasa Melayu Jakarta ketimbang bahasa Manado, karena bahasa Melayu Jakarta dianggap sebagai salah satu bahasa yang berstatus tinggi.

5. Terjadinya perkawinan antaretnik

5 Penyebab Bahasa Daerah Menjadi Kurang Populer di Era Gen Zilustrasi pernikahan (pexels.com/Ahmad Zakaria)

Faktor penyebab kepunahan bahasa daerah lainnya adalah terjadinya perkawinan antaretnik, seperti perkawinan antara suku Bugis dan suku Tolitoli. Kedua pasangan ini, sudah pasti akan menyesuaikan diri dalam penggunaan bahasa mereka.

Mereka akan cenderung lebih memilih untuk menggunkan bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari atau memilih salah satu dari bahasa daerah yang mereka mengerti. Sehingga menyebabkan salah satu bahasa mereka akan menjadi jarang digunakan.

Inilah 5 sebab mengapa bahasa daerah menjadi asing dan tidak lagi populer di kalangan millennial. Namun, demikian, sebagai generasi Indonesia saat ini, kita harus tetap menjaga dan melestarikan bahasa daerah sebagai warisan budaya Indonesia.

Baca Juga: 15+ Panggilan Sayang Bahasa Jawa, Manis hingga Gemas!

Nurkamal Photo Community Writer Nurkamal

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya