Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kepala Dinas Pariwisata Medan Yudha Setiawan (tengah) bersama penyelenggara Medan Film Festival 2023 (IDN Times/Doni Hermawan)

Medan, IDN Times- Medan pernah dikenal sebagai pusat industri film di masa lampau. Upaya menggairahkan lagi perfilman Medan coba dilakukan para sineas bekerja sama dengan Pemerintah Kota Medan melalui Dinas Pariwisata dengan menggelar Medan Film Festival (MFF) 2023 di Taman Budaya Medan, Jalan Perintis Kemerdekaan selama 2 hari, Sabtu-Minggu (25-26 November 2023).

Festival Programmer MFF 2023 dr Daniel Irawan mengatakan, dalam MFF ini akan diputar 29 film baik berdurasi panjang maupun film pendek karya sineas Medan maupun dari luar Medan serta mancanegara.

1. Dibuka dengan film Rain Town dan ditutup dengan Qodrat

Kepala Dinas Pariwisata Medan Yudha Setiawan (dua dari kiri) bersama penyelenggara Medan Film Festival 2023 (IDN Times/Doni Hermawan)

Daniel mengatakan Medan Festival Film menjadi gelaran pertama yang mendobrak lagi semangat perfilman lokal hingga bisa kembali berjaya di tingkat nasional. Sebagai kota multietnis, menurut Daniel, potensi industri film di Medan sangat besar sekali. Halitu pun sudah dibuktikan dimana pada periode tahun 1953-1983 Medan pernah menjadi kiblat industri film di tanah air. Pada masa itu, ada belasan film yang diproduksi di Medan dan beberapa di antaranya melibatkan aktor/aktris nasional.

"Medan sudah lebih dulu dikenal penyumbang film sejak dulu. Medan festival. Impian kami sejak lama. Akhirnya kegiatan ini jadi juga didukung Pemko Medan. Kita mengajak pelaku film dan menghadirkan sebuah film festival bersekup internasional.Ada 29 film panjang dan pendek dari 6 negara. Selain Indonesia ada Iran, Prancis, Belgia dan Malaysia," kata Daniel. 

MFF 2023 ini akan mengangkat tema Cross Culture. Ini sesuai dengan Kota Medan yang dijuluki kota multietnis. Di mana berbagai etnis hidup berdampingan. 

"Sebagai media kreatif, film terbuka bagi siapa saja yang ingin menggarap suatu tema tertentu. Artinya film Melayu tidak harus digarap oleh orang Melayu. Orang Batak boleh saja menggarap film etnis Jawa. Justru di sanalah cross culture terjadi. Proses pembuatan film, memberikan ruang dan kesempatan bagi seseorang untuk menggali dan memahami budaya orang lain," kata  Daniel.

2. Diawali dengan film Malaysia dan ditutup film horror Qodrat

Editorial Team

Tonton lebih seru di