Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Raja Meliala

Medan, IDN Times - Menjadi tea specialis, Lisa Chan harus belajar meracik teh di Korea, China, Taiwan dan Hongkong.

Bagi Lisa Chan, menyajikan teh merupakan penghargaan bagi diri sendiri maupun tamu.

Tradisi itu, ia dapat dari ayahnya. Ayahnya adalah keturunan Tionghoa, sedangkan ibunya Batak. Dalam keturunan Tionghoa di Indonesia, khususnya Medan, teh masih dianggap sebagai sebuah tradisi.

"Kalau di China menyajikan teh kepada tamu adalah sebuah penghargaan. Tamu akan merasa dihargai dengan teh yang kita berikan, seperti itu filosofinya," ujar Lisa.

Untuk menjaga tradisi itu, saat ini, Lisa juga aktif melakukan workshop teh untuk mengembalikan tradisi minum teh di kalangan generasi muda.

"Sebenarnya teh dan kopi itu bersahabat, segila-gilanya orang minum kopi bukan berarti mereka gak suka teh. Kedua minuman ini sahabat kita dari kecil. Hanya tren saat ini yang membedakannya," tambas Lisa.

1. Tradisi menyajikan teh dengan teko dan mangkuk yang terbuat dari tanah liat untuk menambah kandungan teh

2. Hanya segelintir orang saja yang masih membudayakannya tradisi minum teh

3. "Paling-paling hanya orangtua yang masih menganggap teh sebagai minuman sakral," ujar Lisa.

4. Menurut Lisa, teh yang tersaji dengan baik dan memiliki rasa yang baik adalah soal selera setiap orang yang menikmatinya

5. Penyajian teh juga membutuhkan kecermatan dan ketelitian. Teh yang dimiliki setiap orang adalah khasnya orang tersebut

6. Lisa mengajak generasi muda membudayakan kembali konsumsi teh leluhur

7. "Teh bukan seperti kopi. Yang merasa teh itu enak atau enggak diri kita sendiri. Bukan ditetapkan oleh kita semua"

8. "Teh yang anda minum enak, seperti itulah teh yang enak. Teh yang saya rasa enak seperti itulah teh yang saya rasa pas untuk saya," ujar Lisa.

9. Kata Lisa, saat ini susah untuk mendapatkan teh dengan grade terbaik di Indonesia

10. Karena yang ada di Indonesia, di kalangan kita sendiri tehnya yang biasa. Yang bagus-bagusnya diekspor, harganya pun mahal

Editorial Team