Kenapa Baca Buku Jadi Cara Terbaik Masuk ke Pemikiran Orang?

Salah satu cara paling efektif dan mungkin gak terduga untuk benar-benar menyelami pemikiran seseorang adalah dengan membaca buku yang mereka tulis. Gak peduli itu buku fiksi atau non-fiksi, tulisan seseorang selalu membawa jejak pemikiran, pengalaman, dan cara pandang mereka terhadap dunia. Lewat buku, kamu bisa menjelajah ke dalam kepala penulisnya tanpa harus kenal langsung.
Menariknya, apa yang ditulis di dalamnya bukan cuma hasil pikiran sekejap, tapi sering kali buah kerja keras bertahun-tahun, riset mendalam, dan kontemplasi panjang. Membaca buku bukan cuma aktivitas santai sebab dengan membaca kamu seolah dapat tiket masuk ke dunia lain yang mungkin belum pernah kamu bayangkan sebelumnya.
Yuk, kita bahas kenapa buku adalah jalan terbaik untuk memahami pikiran orang lain dengan cara yang simpel tapi mendalam.
1. Buku adalah rangkuman pemikiran yang tertata

Ketika seseorang menulis buku, terutama non-fiksi, mereka gak sekadar menuangkan ide secara acak. Buku itu biasanya adalah hasil refleksi panjang dan riset yang matang. Penulis mencoba merangkum cara pandang mereka terhadap suatu topik, lengkap dengan alasan-alasan yang mendukung argumen mereka. Ini berbeda banget dari obrolan biasa, yang sering kali spontan dan kurang terstruktur.
Misalnya, buku-buku filsafat kayak karya Friedrich Nietzsche atau Simone de Beauvoir adalah contoh konkret bagaimana kamu bisa masuk ke pola pikir orang yang hidup di era berbeda, dengan cara pandang yang mungkin bertentangan dengan norma saat ini. Setiap babnya dirancang untuk membawa kamu perlahan memahami cara mereka memandang hidup, eksistensi, atau bahkan cinta. Melalui struktur yang rapi, kamu bisa mengikuti alur logika mereka tanpa kehilangan arah.
2. Buku mengajarkan konteks yang gak bisa didapat dari diskusi saja

Sering gak sih, kamu dengar orang ngasih pendapat tapi gak tahu latar belakang atau alasan kenapa mereka berpikir begitu? Nah, buku itu beda. Ketika membaca, kamu gak cuma tahu apa yang mereka pikirkan, tapi juga konteks di balik pemikiran itu. Buku memberi kesempatan buat penulis menjelaskan ide mereka dari awal sampai akhir tanpa interupsi.
Contohnya, buku seperti Sapiens karya Yuval Noah Harari bukan cuma ngomong soal sejarah manusia. Tapi, dia juga membangun konteks tentang kenapa manusia berkembang seperti sekarang ini. Kalau kamu cuma dengar opini Harari dalam wawancara singkat, banyak detail yang bakal kelewat. Tapi lewat bukunya, kamu jadi ngerti sudut pandang yang lebih lengkap dan nyambung.
3. Kamu bisa menyerap pengalaman hidup penulisnya secara langsung

Buku adalah medium di mana penulis sering kali memasukkan pengalaman hidup mereka secara eksplisit atau implisit. Mereka menuangkan cerita, pelajaran, bahkan kegagalan yang mereka alami selama bertahun-tahun ke dalam kata-kata yang bisa kamu baca dalam beberapa jam atau hari saja. Ini cara paling efisien untuk menyerap kebijaksanaan yang sebelumnya butuh waktu lama untuk mereka pahami.
Misalnya, autobiografi tokoh seperti Michelle Obama dalam Becoming adalah cerminan langsung dari perjalanan hidup yang penuh tantangan. Kamu gak cuma tahu fakta-fakta tentang hidupnya, tapi juga bagaimana dia memandang situasi tertentu, cara dia mengatasi rintangan, dan nilai-nilai yang dia pegang teguh. Pengalaman ini bisa jadi inspirasi besar buat kamu tanpa harus menjalani semua perjuangan itu sendiri.
4. Buku membuka peluang diskusi yang lebih dalam

Kalau kamu pernah membaca buku yang sama dengan teman, pasti kamu tahu gimana serunya diskusi setelahnya. Buku memberikan bahan yang solid untuk dibicarakan, karena di dalamnya sudah ada argumen, data, dan contoh yang bisa dipakai sebagai pijakan. Kamu jadi punya dasar yang kuat untuk berdialog, bahkan dengan orang yang punya sudut pandang berbeda.
Bayangkan kamu dan temanmu membaca The Subtle Art of Not Giving a F*ck karya Mark Manson. Diskusi yang muncul setelahnya gak cuma soal isi bukunya, tapi juga gimana cara pandang kalian terhadap hidup, tekanan sosial, atau bahkan kebahagiaan. Buku itu seperti katalisator yang bikin pembicaraan jadi lebih bermakna dan gak sekadar basa-basi.
5. Buku adalah medium yang abadi

Satu hal yang bikin buku spesial adalah sifatnya yang abadi. Pikiran seseorang yang dituangkan dalam bentuk buku bisa bertahan puluhan, bahkan ratusan tahun, tetap relevan meski zaman berubah. Lewat buku, kamu bisa memahami pikiran tokoh-tokoh dari masa lalu yang mungkin gak pernah kamu bayangkan sebelumnya.
Contohnya, karya Shakespeare seperti Hamlet atau Macbeth masih relevan untuk dipelajari sampai sekarang, meskipun ditulis ratusan tahun lalu. Buku-buku ini membawa kita ke cara berpikir masyarakat di zamannya, lengkap dengan konflik, nilai, dan harapan mereka. Dengan membaca buku, kamu seperti diberi kesempatan untuk ngobrol dengan mereka, meskipun mereka sudah lama gak ada di dunia ini.
Membaca buku itu lebih dari sekadar menghabiskan waktu atau mencari hiburan. Jadi, kalau kamu ingin benar-benar memahami seseorang atau bahkan diri sendiri, buku bisa jadi awal yang tepat.
Di tengah dunia yang serba cepat ini, meluangkan waktu untuk membaca adalah investasi terbaik yang bisa kamu lakukan untuk pikiranmu. Setiap halaman membawa kamu lebih dekat ke dunia orang lain, tanpa perlu melintasi ruang dan waktu.