Di awal film ini Abah merupakan karyawan yang bekerja di bidang properti di Jakarta. Kehidupan keluarga Abah ini termasuk berkecukupan, dengan rumah mewah lengkap dengan kendaraan pribadi.
Kedua anak Abah dan Emak pun disekolahkan di sekolah tersohor di Jakarta.
Euis merupakan siswi berprestasi yang menonjol di bidang seni tari. Begitu juga dengan Cemara.
Namun, pada suatu hari Abah ditipu oleh adik iparnya sendiri sehingga properti itu bangkrut.
Abah terpaksa memboyong keluarganya tinggal di rumah ala kadarnya peninggalan ayahnya.
Mulai dari situ, perekonomian keluarga Abah terbalik 180 derajat.
Euis dan Cemara dituntut untuk hidup serba miris, dilatih untuk prihatin dengan berjualan opak di sekolahnya.
Sementara Abah masih pontang-panting mencari pekerjaan yang layak.
Tentu saja hal itu bukan hal yang mudah diterima oleh Euis dan Cemara yang terbiasa hidup serba kecukupan.
Namun berkat Abah dan Emak yang selalu menguatkan anak-anak mereka, keduanya memahami kesulitan orangtuanya.
Di situlah hakikat keluarga nampak. Masih ada adegan mereka yang mampu membolak-balik perasaan anda.