5 Kebiasaan Orang yang Flaming di Media Sosial
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Media sosial merupakan platform yang dapat digunakan oleh seseorang untuk berkomunikasi dan mengungkapkan pendapatnya. Namun, platform ini juga bisa disalahgunakan untuk melakukan flaming. Flaming merupakan salah satu jenis dari cyberbullying. Tindakan ini adalah upaya seseorang mengejek, menghina, hingga menyinggung perasaan korban dengan kata-kata kasar.
Di media sosial, flaming dapat berbentuk mengunggah suatu hal yang sengaja menjelek-jelekkan seseorang. Kebiasaan flaming di media sosial bisa terjadi karena berbagai macam faktor. Berikut merupakan sejumlah kebiasaan orang yang kerap melakukan flaming di media sosial.
1. Mudah terbawa emosi
Media sosial itu layaknya kita bermasyarakat. Dalam masyarakat sosial, ada orang yang mampu mengontrol emosinya, ada pula yang tidak. Begitu juga dalam media sosial.
Orang yang mudah terbawa emosi ketika melihat unggahan yang tidak mereka setujui atau sukai umumnya lebih rentan melakukan flaming. Mereka tidak berpikir panjang sebelum berkomentar. Mereka juga menggunakan kata-kata kasar untuk meluapkan amarah.
2. Kecenderungan bersembunyi di balik anonim
Dalam dunia maya, orang bisa dengan mudah bersembunyi di balik anonimitas. Mereka punya kekuatan yang tidak seimbang untuk menyerang orang lain. Dalam konteks ini berarti pengguna internet, termasuk pengguna media sosial.
Orang yang flaming kerap memiliki kebiasaan ini (bersembunyi di balik akun anonim) dan tidak bertanggung jawab atas tindakan mereka. Dengan akun anonim, mereka jadi berani untuk melontarkan kata-kata kasar serta mencaci maki orang lain tanpa rasa bersalah.
Baca Juga: 4 Alasan Jangan Sedih Saat Pacar Gak Publish Kamu ke Medsos
3. Menunjukkan superioritas
Superioritas merupakan perasaan percaya diri individu akan kelebihan pada dirinya, sehingga dapat menuju keberhasilan dengan adanya superioritas tersebut. Orang yang merasa dirinya superior umumnya hanya akan meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia lebih unggul dari orang lain, meskipun sebenarnya ia tidak memiliki pencapaian. Berbeda dengan rasa percaya diri yang didukung oleh pencapaian nyata.
Orang yang flaming biasanya menunjukkan superioritas. Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka lebih hebat dari orang lain. Mereka menggunakan kata-kata kasar untuk merendahkan orang lain dan meninggikan dirinya sendiri.
4. Senang mencari perhatian
Kamu barangkali pernah atau sering menemui orang yang senang mencari perhatian dari orang-orang sekitarnya. Orang itu bahkan mau melakukan segala cara agar dirinya tetap menjadi pusat perhatian. Bagi sebagain orang, flaming merupakan cara untuk memperoleh perhatian dari orang lain.
Pelaku flaming barangkali sengaja melontarkan komentar provokatif dan kontroversial untuk memancing reaksi pengguna media sosial lainnya. Mereka tidak ragu membuat suatu pernyataan negatif dan meminta persetujuan pada orang lain akan pernyataan tersebut. Tidak sedikit unggahan negatif memunculkan ketertarikan dan beragam komentar.
5. Mengikuti tren
Selain keempat poin di atas, orang yang flaming juga umumnya mengikuti tren. Bahkan, bisa saja seseorang melakukan flaming karena flaming menjadi tren di media sosial. Sebagian dari mereka barangkali tergoda untuk mengikuti tren flaming. Sekalipun mereka tidak mempunyai alasan yang jelas untuk melakukannya.
Misalnya, menyudutkan suatu pihak dengan kata-kata kasar maupun makian atau menyebarkan fitnah yang jelas merugikan. Tidak sedikit orang-orang melakukan flaming di kolom komentar.
Flaming di media sosial memiliki dampak negatif. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk senantiasa menjaga etika saat menggunakan media sosial. Ingatlah bahwa internet merupakan ruang publik dan kita wajib bertanggung jawab atas apa yang kita lakukan di dunia maya.
Baca Juga: Apa Arti Collab? Bahasa Gaul yang Sering Digunakan di Media Sosial
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.