Perjuangan Tanaka, Perempuan Keturunan Jepang Jadi Pengrajin Aluminium

Tanaka cari nafkah menggantikan suami yang sakit

Medan, IDN Times - Nur Intan Tanaka. Dari namanya kamu mungkin akan bertanya-tanya. Ada campuran nama Indonesia dan Jepang dari nama itu. Ya, Tanaka adalah perempuan keturunan Indonesia-Jepang. Ayahnya warga negara Jepang, dan Ibunya berasal dari Meulaboh, Aceh. 

Perempuan berusia 53 tahun ini adalah anak ke-12 dari 16 bersaudara. Tanaka mengisahkan perjuangannya sebagai pencari nafkah di tengah keadaan suaminya yang sedang sakit. Dia menjadi pengrajin aluminum. 

Kisahnya pahit. Sejak SD telah terbentuk jiwa ketangguhan mental dan jiwa. Hal ini terbukti dengan pelajaran keterampilan saat guru mengajarinya.

"Jadi, kalau keterampilan di sekolah diajari guru. Keterampilan laki-laki yang saya kerjakan, yang perempuan saya gak mau. Walaupun begitu, saya tahu keterampilan wanita," kata Tanaka memulai kisahnya kepada IDN Times, Sabtu (25/12/2021).

Hampir setahun sang suami alami struk hingga Tanaka menjadi tulang punggung keluarga

Perjuangan Tanaka, Perempuan Keturunan Jepang Jadi Pengrajin AluminiumNur Intan Tanaka seorang perempuan Jepang jadi tukang talang (IDN Times/Indah Permata Sari)

Nasib buruk menimpanya kala sang suami tercinta mengalami penyakit struk. Kini hanya bisa terbaring lemas dan tak bisa mengerjakan tugasnya. Tanaka lalu mengambil alih tanggung jawab sang suami sebagai tulang punggung keluarga. 

Syukurnya Tanaka sempat mempelajari keahlian sang suami yang menikahinya September 1997 itu. Yakni sebagai pengrajin aluminium.

"Sampai-sampai saya sakit, saya kerjakan juga, karena sudah cinta dengan kerjaan itu. Kalau gak kerja satu hari, badan sudah sakit semua. Tapi kalau sudah kerja, hilang sakitnya. Makanya mau saya turunkan ke anak bakat ini," jelasnya.

Meski tenaga telah berkurang. Namun, ia tak pernah putus asa untuk tetap mencari nafkah. "Kerjaan ini mekanik, tak lepas dari perhitungan matematika. Walaupun saya gak tahu matematika, karena susah," tuturnya.

"Lagi hamil pun saya juga kerja, karena saya dapat banyak ilmu dari kerja ini," tambahnya.

Prinsip dalam hidupnya, sebuah pekerjaan laki-laki harus bisa dilakukan oleh perempuan. Meskipun, begitu tak boleh melewati harkat, dalam segi kerjaan dan selama mampu mengerjakannya. Bagi perempuan yang sempat ikut tes Angkatan Laut di Rindam Pematangsiantar, Sumut ini, kualitas menjadi hal prioritas dalam pekerjaan dan yang kedua mendapatkan uang.

Jenis dan berbagai bentuk aluminium hingga besi pernah dipegang Tanaka

Perjuangan Tanaka, Perempuan Keturunan Jepang Jadi Pengrajin AluminiumContoh barang hasil buatan Nur Intan Tanaka yang sudah menjadi tukang talang selama 25 tahun (Dok. Istimewa)

Berbagai jenis dan bentuk berbahan aluminium hingga besi pun pernah dipegang olehnya. Apa yang dikerjakannya sangat dibutuhkan untuk kebutuhan rumah tangga maupun home industri hingga perusahaan 

Tanaka mengubah aluminium menjadi berbagai bentuk mulai dari tempat kue, oven, dandang, talang air, hingga kubah masjid. Dia membutuhkan waktu hingga tiga minggu untuk membentuknya. Tergantung ukuran dan tingkat kesulitannya.

Tanaka berjuang demi anak dan suaminya

Perjuangan Tanaka, Perempuan Keturunan Jepang Jadi Pengrajin AluminiumNur Intan Tanaka seorang perempuan Jepang jadi tukang talang (IDN Times/Indah Permata Sari)

Meskipun lelah selalu menghampiri Tanaka, namun baginya pekerjaan tersebut tak pernah bosan karena didasari kecintaan. Apalagi ia berjuang demi suami dan anak.

"Setiap kerjaan yang dikerjakan, biarpun itu kubah ataupun talang air minum ataupun yang lain gak pernah saya bosan, karena saya sudah terlalu mencintainha. Jadi susah untuk melepaskannya. Sempat dibilang suami, saya dalam keadaan sakit kenapa masih kerja,. Namanya suka, ya jadi dikerjakan. Kalau saya bosan ya pasti sudah buka tutup, jadi saya ada ataupun tidak ada pesanan, saya tetap buka. Itulah namanya perjuangan hidup," ujar Tanaka.

Bulir air dari matanya saat mengatakan hal itu. Meski letih yang selama ini dipikul olehnya, Tanaka tak pernah mengeluh. Karena menurutnya, anak dan suami hal yang paling menginspirasi.

Tanaka bercerita sedikit ke belakang bagaimana harus menanti lama kehadiran sang anak yang lahir tahun 2003. "Lima tahun baru saya dapat anak, saya berumah tangga di umur 30 tahun dan suami 42 tahun.  Saat umur 35 tahun, baru saya punya anak. Inspirasi dalam hidup saya cuma dua orang yaitu anak dan suami. Anak, harta saya yang paling berharga, suami pelindung saya yang paing berharga, karena kita kalau berumah tangga tidak punya anak, capek-capek cari makan buat siapa? Kalau bukan anak. Suami selalu menjadi pendukung saya karena dia yang mengajari saya dari nol. Tidak pandai menjadi pandai," ungkapnya.

Baca Juga: 10 Tips Membersihkan Alat Masak Berbahan Aluminium, Jadi Kinclong!

Tak tertarik bekerja dengan orang lain, karena ingin menjaga suami dan anak semaksimalnya

Perjuangan Tanaka, Perempuan Keturunan Jepang Jadi Pengrajin AluminiumKubah buatan suami Nur Intan Tanaka (Dok. Istimewa)

Ia mengatakan, sempat ada yang menawarinya join atau gabung untuk bekerja di salah satu pabrik yang berbau dengan aluminium, besi, kuningan, dan lainnya. Tapi Tanaka sama sekali tertarik, karena tak ingin meninggalkan keluarganya untuk dapat merawat dan menjaga anak serta sang suami tercinta semaksimalnya. Menurutnya, usaha yang memiliki skil seperti ini bisa tak mudah didapat dan hanya turun temurun.

"Ini usaha turun menurun pertama dari orangtua suami saya. Dia anak paling besar, jadi diwariskan. Berapa pun gaji yang saya minta dikasih, tetapi saya tidak mau, karena mereka mau ambil ilmunya dari saya. Tapi ilmu saya cuma bisa diturunkan ke anak saya," jawabnya.

Pendapatan per hari hanya Rp120 ribu untuk keperluan makan, obat, dan belanja aluminium

Perjuangan Tanaka, Perempuan Keturunan Jepang Jadi Pengrajin AluminiumNur Intan Tanaka memperlihatkan foto orangtuanya (Dok. Istimewa)

Meskipun sebenarnya pendapatannya saat ini berkurang drastis karena pandemik COVID-19. Bahkan, Tanaka sempat tertipu dengan ratusan pesanan tempat kerupuk.

"Untuk penghasilan, waktu kami masih kerja berdua bersih dapat satu bulan Rp5 juta. Semenjak suami sakit, dapat Rp2 juta saja susah. Biaya hidup Rp2 juta itu kurang, karena sudah di situ semua. Dari listrik, air dan apalagi suami saya sakit. Untuk satu hari ini saja cuma dapat Rp120 ribu dan itu kotor," jelas Tanaka sambil menyeka air matanya. 

Belum lagi biaya perobatan suaminya. Apalagi tak terdaftar dalam program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan. 

"Suami saya sekali berobat Rp1juta dan pakai umum, bukan BPJS. Karena BPJS sudah mati, kami tak sanggup bayar. Untuk sekarang konsul berobat jalan saja sampai Rp850 ribu, dan untuk obat tergantung obat apa yang habis, baru dibeli. Terkadang ada yang Rp35 ribu dan ada yang Rp300 ribu. Habisnya per 10 hari, 1 papan 10 tablet," bebernya.

Belum lagi bahan-bahan tukang talang naik drastis, karena harga aluminium naik. Ia pun kesulitan untuk mengembangkan usahanya.

Sempat goyah dan ingin bunuh diri, Tanaka bangkit demi keluarga

Perjuangan Tanaka, Perempuan Keturunan Jepang Jadi Pengrajin AluminiumContoh barang hasil pembuatan Nur Intan Tanaka (Dok. istimewa)

Saat ini, kondisi suami Tanaka yang kini berusia 66 tahun belum juga membaik. Ia kesulitan bergerak. Dan untuk beraktivitas seperti bergeser kasur, Tanaka harus memasang tali untuk pegangan.

Tanaka mengakui pernah ada di titik terendah. Dia bingung harus melakukan apa. "Saya sempat goyah, karena keadaan yang seperti ini di satu sisi saya harus berjuang untuk anak dan suami, di satu sisi lagi saya harus mencari nafkah dan di satu sisi lagi pendapatan di bawah standar. Jadi, saya bingung harus bagaimana. Terkadang juga saya nangis," tuturnya.

Begitupun Tanaka berprinsip untuk tak ingin meminjam uang kepada siapapun. Karena takut tak sanggup membayar. Bahkan sempat tercetus keinginan bunuh diri. "Dan saya sempat putus asa ingin mengakhiri hidup,tetapi teringat anak dan suami. Saya gak sanggup," katanya masih dengan mata yang berkaca-kaca.

Syukurnya Tanaka berhasil tegar. Suami dan anak jadi alasannya tetap hidup dan berjuang.

"Bila terjepit kesusahan harus tegar jangan gampang tergoda dengan iming-iming ini itu harus kuat, itu sudah kewajiban kita sebagai istri dan untuk perempuan-perempuan Indonesia jika ada suami sakit urus dia sebisa mungkin," tegasnya.

Tanaka berharap pemerintah meringankan sedikit bebannya. Salah satunya dengan menurunkan harga aluminium sebagai bahan baku.

"Berharapnya sih dari pemerintah ada dilihat sedikit sih, saya berharapnya tolonglah harga bahan-bahan aluminium, seng dan stainless tolong diturunkan. Saking mahalnya kalau ada yang pesan, dipanjar baru saya beli bahan, dan sempat juga pelanggan bilang 'Ibu ini takut kali tidak dibayar'. Bukan karena itu, tetapi harga bahan yang mahal sekali, terkadang saya malu karena dibilang seperti itu," pungkasnya.

Baca Juga: Saling Toleransi, Kisah Sejoli Jalin Hubungan Beda Agama 15 Tahun

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya