Cerita Jud Ang, Ada Goresan Pengharapan di Kaligrafi Tiongkok

Upaya lestarikan budaya Tiongkok

Medan, IDN Times - Jud Ang, seorang kaligrafer tradisional Tiongkok yang memulai hobi sejak tahun 2016 hingga saat ini. Dirinya pun memulai hobi tersebut, dengan cara otodidak. Hal itu menjadi kepuasan tersendiri baginya. 

"Basic-nya saya belajar sama guru-guru tradisional dan saya kembangkan dari YouTube dan Instagram," ujar Jud.

Jud Ang juga sudah memperoleh sertifikat sebagai pengajar. "Nah itu training sebagai Mandarin teacher. Saya sebagai pengajar bahasa Mandarin dan itu sertifikatnya. Karena kaligrafi sifatnya ekstrakurikuler," jelasnya.

1. Baginya kaligrafi suatu seni menulis yang dibarengi pengharapan positif

Cerita Jud Ang, Ada Goresan Pengharapan di Kaligrafi TiongkokJud Ang, kaligrafer tradisional cina (IDN Times/ Indah Permata Sari)

Jud Ang juga telah banyak menciptakan kutipan atau quotes untuk menginspirasi orang yang membaca seperti di bidang bisnis yang dipercaya agar lancar, rumah untuk selalu bahagia, dan lansia agar selalu sehat. Sehingga baginya seni kaligrafi merupakan sebuah puisi sastra yang menjadi puisi pengharapan.

"Karena kaligrafi itu suatu seni menulis yang dibarengi pengharapan positif. Seperti ayat yang ditulis di rumah makan itu kan pengharapan. Kan itu ayat untuk harapan rejeki dan itu termasuk budayanya. Sama seperti orang Chinese juga begitu," dalam ceitanya.

2. Jud Ang menilai kaligrafi bukan untuk bisnis, tapi bentuk kepedulian pada budaya Tiongkok agar tak hilang

Cerita Jud Ang, Ada Goresan Pengharapan di Kaligrafi TiongkokJud Ang, kaligrafer tradisional cina (IDN Times/ Indah Permata Sari)

Berbicara seni, buat Jud Ang kaligrafi tak menjadikan bisnis. Karena, seni kaligrafi yang digelutinya saat ini merupakan bentuk rasa kepedulian dirinya pada budaya Tiongkok.

"Ini saya jadikan sebagai sampingan saya saja karena kepedulian saya. Saya enggak mau budaya ini hilang. Jadi saya yang paling muda dan bisa meneruskannya," jelasnya.

Menurutnya untuk omset yang didapat pada tahun ini dan tahun sebelumnya tak jauh berbeda karena dampak dari pandemik COVID-19. Namun, tetap ada pemesanan tulisan kaligrafi tersebut.

"Perbandingan tahun ini dengan tahun lalu karena pandemik itu kondisinya tidak beda jauh dan tetap ada," ucap Jud Ang.

"Ada saja yang order atau by request. Ini dibilang sepi total ya enggak juga. Jadi karena ini adalah bisnis sampingan, makanya harganya mahal. Karena satu, nilai estetika atau keindahannya,  proses kerumitan saat pengerjaan, ketiga karena ini bukan bisnis yang cuan setiap hari dan eventual. That's why agak mahal, tapi mahalnya dalam batas wajar," ucapnya.

3. Tarif yang dipasang untuk jasa kaligrafi ditentukan dengan ukuran dan kerumitan

Cerita Jud Ang, Ada Goresan Pengharapan di Kaligrafi TiongkokJud Ang, kaligrafer tradisional cina (IDN Times/ Indah Permata Sari)

Untuk tarif jasa yang ditentukan Jud Ang dalam penulisan kaligrafi tradisional Cina, mulai Rp150 ribu hingga jutaan dan tergantung ukuran dan kerumitan berbeda dengan frame.

"Untuk harga saya tidak mengikat sih karena saya harus tau kerumitan hurufnya, panjang lebar kertasnya juga gitu dan gak mengikat. Biasanya untuk ukuran mini kayak puluhan sentimeter itu 15x10 cm, 18×15 cm, itu biasanya satu huruf, seperti marga, nama, atau lainnya biasa Rp150 ribu, tapi cukup okelah untuk nambah uang jajan," ujanya.

Baca Juga: Fengsui Asmara Shio Kerbau Logam: Jangan Cepat Nikah Sebelum Mapan!

4. Jud Ang pasarkan kaligrafi hingga luar kota Medan

Cerita Jud Ang, Ada Goresan Pengharapan di Kaligrafi TiongkokJud Ang, kaligrafer tradisional cina (IDN Times/ Indah Permata Sari)

Karya seni tulisan yang berbentuk kaligrafi cina ini, sudah memasarkan hingga di luar kota Medan.

"Rata-rata satu Indonesia sih sejauh pengalaman saya. Karena kadang ada orang Banjarmasin, orang Surabaya, itu mereka lihat di IG atau Tokopedia. Itu mereka mau request nama atau syair atau lukisan itu," ucapnya.

5. Menjadi kaligrafer tradisional Tiongkok harus memerlukan kesabaran, kerumitan dan ketelitian

Cerita Jud Ang, Ada Goresan Pengharapan di Kaligrafi TiongkokJud Ang, kaligrafer tradisional cina (IDN Times/ Indah Permata Sari)

Sedangkan untuk hambatan dalam pengerjaan kaligrafi tradisional Tiongkok ini, Jud Ang menceritakan hanya cukup memerlukan kesabaran, kerumitan, dan ketelitian.

"Itu banyak murid saya itu gagal di awal karena tidak sabaran. Karena nulis kaligrafi itu tidak semudah menulis pakai pen, bulu yg di kuas itu sangat liar, lembut, dan susah dikendalikan," ujarnya.

Dan untuk bahan-bahannya yang diperlukan untuk pemula sangat sederhana. "Biasanya dari bulu hewan. Yang pertama itu bulu serigala, bulu kambing dan itu umumnya. Biasanya yg berwarna cokelat itu bulu serigala. Kalau dicium langsung itu ada bau bulu hewan. Itu ada satu lagi dari ekor kuda," pungkasnya..

Baca Juga: Prediksi Fengsui Tahun Kerbau Logam: Keuangan Harus Ekstra Kerja Keras

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya