ilustrasi pandangan politik (pexels.com/Markus Spiske)
Di usia 30, biasanya kamu mulai punya pendapat sendiri soal banyak hal. Entah itu soal politik, gaya hidup, spiritualitas, atau pandangan terhadap dunia secara umum.
Tapi kadang, kamu bisa merasa terpojok karena tidak sejalan dengan teman, keluarga, atau bahkan pasangan. Apalagi ketika dunia digital sekarang membuat semua orang seolah wajib “punya sikap” terhadap isu tertentu. Kalau kamu gak ikut arus, dianggap cuek. Kalau kamu beda pendapat, dianggap musuh.
Padahal, wajar banget kalau kamu punya sudut pandang sendiri. Justru usia 30 adalah waktu yang tepat buat menegaskan identitas dan prinsipmu sendiri. Kamu gak harus ikut arus kalau memang menurutmu arus itu kurang tepat bagi kamu.
Bahkan kalau figur publik idolamu terang-terangan mendukung hal yang kamu anggap bertentangan dengan nilai pribadimu, kamu berhak mempertanyakan dan bersikap.
Setuju atau tidak pada pandangan politik seseorang juga bukan ukuran baik-buruknya kamu sebagai manusia. Kamu gak harus merasa bersalah saat memilih diam karena masih mencerna informasi.
Kamu juga gak harus merasa tertinggal kalau belum punya sikap soal semua isu yang viral. Jadi manusia yang berpikir itu butuh waktu dan proses, sebab gak semua hal harus kamu ikuti atau komentari.
Usia 30 bukan tentang harus sudah sempurna atau tahu semua jawaban. Justru di umur ini, banyak orang baru mulai memahami siapa dirinya yang sebenarnya. Banyak topeng yang selama ini dipakai demi memenuhi ekspektasi orang mulai terasa berat, dan perlahan kamu belajar untuk meletakkannya satu per satu.
Jadi, daripada sibuk memikirkan hal-hal yang belum tentu penting atau benar untuk kamu, lebih baik fokus dengan apa yang bikin kamu tenang dan merasa lebih waras.