Tor-tor pangurason yang disajikan di panggung terbuka GMNI Fisip USU (IDN Times/Eko Agus Herianto)
Tor-tor pangurason merupakan salah satu tarian adat Batak Toba yang disajikan dalam acara ini. Tor-tor pangurason biasanya disajikan pada setiap upacara pengangkatan hula-hula atau upacara lain. Lewat gerakan tarinya, seakan memberi isyarat kepada siapapun yang menontonnya agar menjaga keseimbangan alam agar dapat terhindar dari mara bahaya.
“Kita juga mengundang band-band lokal yang melantunkan lagu-lagu daerah. Karena kita memiliki misi juga dalam memajukan band-band lokal yang mengusung adat istiadat. Itu hal yang harus kita perhatikan demi mendukung upaya revitalisasi daerah,” kata Diga yang juga menuturkan bahwa acara tersebut telah dikonsep selama dua bulan lamanya.
Diga menuturkan bahwa seni juga memiliki peranan penting bagi mahasiswa. Ia juga menyontohkan jika dahulu para aktivis menggunakan seni sebagai perpanjangan tangannya. Mereka mengeksplor dan berekspresi melalui seni hingga mengenalkan kepada mahasiswa tentang nilai-nilai perjuangan bahkan kedaerahan.
“Kami juga mengundang salah satu sastrawan, Bang Idris pasaribu, dia termasuk orang yang dituakan, beliau seorang penulis buku yang berjudul ‘Pincalang’ dan itu merupakan salah satu buku yang wajib dibaca di Australia,” jelas Diga.
Ia berharap dengan terselenggaranya acara ini, mahasiswa lebih mengenal dan mencintai apa itu adat istiadat nusantara. Bahwa bagaimana pun Indonesia memiliki budaya yang begitu banyak, dan budaya merupakan suatu identitas dari sebuah bangsa. adalah bangsa, terkhusus jika suatu budaya mengindahkan budi dan luhur.