Indeks Berliterasi Rendah, Duta Penggerak Literasi Soroti Sarana Kota

Ajak anak muda beri dobrakan sadar literasi pada masyarakat

Medan, IDN Times – Literasi  merupakan faktor yang esensial dalam membantu mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan giatnya orang-orang berliterasi, niscaya mampu memajukan negara dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan industri.

Menurut data dari UNESCO, Indonesia berada di peringkat terbawah negara ASEAN dalam hal gemar membaca, hanya 0,001 persen. Artinya, dari 1.000 orang hanya 1 yang rajin membaca. Tentu ini menjadi PR bagi kita semua dalam meningkatkan gemar membaca atau kegiatan berliterasi lain.

Meli Miranda, selaku Duta Penggerak Literasi Sumatra Utara, menganggap jika berliterasi itu sangat perlu. Apalagi kemarin dunia sedang memperingati hari literasi. Dan hari ini setelah peringatan itu, Meli meminta setiap elemen masyarakat semakin meningkatkan gemar berliterasi.

“Kemarin hari literasi internasional, dan pembuktiannya adalah hari ini dan seterusnya, apakah kita memang peduli terhadap literasi atau hanya semangat pada momen perayaannya saja,” ujar Meli.

1. Ungkap krusialnya pengaruh berliterasi

Indeks Berliterasi Rendah, Duta Penggerak Literasi Soroti Sarana KotaDuta penggerak literasi saat mengajar di sekolah (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Berliterasi Meli anggap memiliki pengaruh yang cukup krusial. Ia menilai jika literasi merupakan suatu kemampuan individu atau seseorang mengelola informasi dalam melakukan proses membaca, menulis, dan menyimak, sehingga seseorang mampu berpikir kritis.

Ia menganggap berliterasi dapat memberdayakan kualitas individu, keluarga, dan masyarakat. Sangat penting bagi semua kalangan baik itu anak-anak, remaja, bahkan orang dewasa sekali pun.

“Bagi anak-anak, dengan membaca dan menulis dapat memberi dampak positif terhadap prestasi akademik. Nah, anak-anak yang terbiasa dikenalkan dengan dunia literasi biasanya memiliki pola komunikasi yang baik. Sementara bagi remaja, berliterasi dapat membantu berpikir lebih kritis dan impulsif. Berliterasi juga membantu meningkatkan pengetahuan dan membantu menumbuhkan nilai budi pekertinya. Nah, bagi orang dewasa, dengan kita berliterasi dapat membuat lebih bijak menyaring informasi yang akurat dan sesuai fakta,” kata perempuan yang gemar bersosialisasi ini.

Urgensi berliterasi lainnya menurut Meli adalah mampu membantu meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM), meminimalisir berita hoax, dan lebih bijak dalam menggunakan media sosial dengan mengakses informasi benar dan terpercaya. Dengan begitu masyarakat telah memilih dan memilah informasi yang tepat sesuai koridornya.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Objek Wisata Deli Serdang dari Duta Wisata 

2. Minta setiap kalangan mendukung giat berliterasi

Indeks Berliterasi Rendah, Duta Penggerak Literasi Soroti Sarana KotaBerliterasi bersama anak-anak lintas usia (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Memajukan dan membuat masyarakat gemar berliterasi tak semata-mata menjadi tugas lembaga pemerintahan. Namun, semua elemen turut terlibat. Meli dalam kesempatan ini menyebutkan bahwa peran anak muda sangat dibutuhkan. Selain sebagai agen of change, anak-anak muda juga sebagai promotor yang tepat dalam memulai gerakan mencerdaskan kehidupan bangsa.

“Kita tidak memiliki SDM yang masif dan vokal tentang isu literasi, belum aktifnya keterlibatan orang tua untuk mendukung penguatan literasi, bahkan masih banyak keluarga yang belum mengajarkan kebiasan membaca buku di rumah. Nah, di sini lah partisipasi anak muda sangat dibutuhkan dalam mendorong giat literasi. Semoga muncul banyak pegiat literasi yang inovatif di Sumut ini,” tambahnya.

Di era teknologi ini, Meli menilai masyarakat harus melek digital dan harus siap menghadapi perkembangan zaman agar bisa memunculkan ide-ide baru yang inovatif. Khususnya anak muda Sumut harus bisa menjadi agen perubahan untuk memberikan gagasan atau ide yang cemerlang agar gemar berliterasi bisa meningkat. Anak muda juga dianjurkan untuk berkontribusi dalam komunitas pegiat literasi guna mendukung pengalaman mereka dan berpartisipasi aktif turun ke masyarakat.

3. Indeks membaca di Sumut masih rendah, Meli soroti fasilitas kota

Indeks Berliterasi Rendah, Duta Penggerak Literasi Soroti Sarana KotaDuta penggerak literasi ajak anak-anak berliterasi sambil bermain (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Berbicara tentang literasi di Sumut yang masih tergolong rendah, penanganan dari pemerintah atau relawan pegiat literasi sangat dibutuhkan. Berdasarkan data dari Dinas Perpustakaan dan Arsip provinsi Sumut, indeks pembangunan literasi masyarakat Sumut berada di peringkat 18 dengan poin 51,7. Dan nilai ini di bawah rata-rata nilai nasional. Artinya, minat baca masyarakat Sumut masih tergolong rendah.

“Pemerintah harus menambah anggaran untuk perpustakaan. Juga bisa membangun pojok baca di setiap kabupaten atau kota dan perlunya pemerataan. Jangan lupa untuk mengembangkan akses literasi dan layanan pengetahuan masyarakat di ruang publik dan fasilitas umum seperti taman kota, stasiun, terminal, bandar udara, rumah sakit, dan lainnya. Seperti di Masjid Istiqlal contohnya, mereka menyediakan ruangan baca dan perpustakaan. Pengelolaannya juga baik,” ujar Meli memberi solusi.

Meningkatkan kualitas perpustakaan daerah, perpustakaan sekolah, bahkan perpustakaan desa juga dinilai penting. 

“Literasi di Indonesia harus ditingkatkan. Perlu penanganan dari pemerintah dan masyarakat. Mulai dari fasilitas bahkan SDM. Perlu diingat bahwa literasi itu penting bagi kehidupan. Mungkin harus diintegrasikan gebrakan baru seperti gebyar atau sosialisasi untuk menstimulus masyarakat betapa pentingnya berliterasi. Perlu adanya perbaikan infrastruktur, sarana, dan fasilitas perpustakaan di Sumut. Saya juga berharap banyak para pegiat literasi lebih aktif dan memberdayakan komunitasnya untuk membantu mengenalkan budaya berliterasi,” pungkas Meli.

Baca Juga: Cerita Susanna Merajut Mimpi Anak-anak Pedalaman dari Desa ke Desa

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya