Cerita Elvina, Anak Medan yang Jadi Perawat di Panti Jompo Jepang

Elvina ikuti program Caregiver di Jepang

Medan, IDN Times - Program Caregiver akhir-akhir ini banyak diminati anak muda. Program yang lahir dari kerjasama Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Jepang ini dinilai cukup bergengsi. Pasalnya, anak-anak muda yang ingin menimba pengalaman menjadi Caregiver diwadahi proses belajarnya bahkan mendapatkan gaji yang lumayan.

Program Caregiver ini meliputi beberapa pekerjaan. Di antaranya adalah anak-anak Indonesia dikirim ke Jepang dapat dipekerjakan langsung sebagai care worker/perawat lansia, building cleaning management /petugas kebersihan gedung, sampai ada juga machine parts & tooling industries/industri pembuatan perangkat dan suku cadang mesin.

IDN Times dalam hal ini berkesempatan mewawancarai Elvina Damayanti, seorang Caregiver asal Medan. Dia mengambil pekerjaan sebagai perawat lansia di salah satu Panti Jompo di Jepang. Bagaimana ceritanya? Yuk, simak!

 

1. Bisa menjadi Caregiver di Jepang lewat program magang dari SMK

Cerita Elvina, Anak Medan yang Jadi Perawat di Panti Jompo JepangRumah Sakit Kaede ケアコンシェルジュ楓 tempat Elvina bekerja menjadi Caregiver (Dok.Elvina Damayanti untuk IDN Times)

Elvina Damayanti merupakan anak muda asal Medan, ia merupakan seorang Caregiver di Rumah Sakit/Panti Jompo Kaede (ケアコンシェルジュ楓) yang terletak di Hiroshima Fukuyama. Kepada IDN Times Elvina menceritakan bagaimana bisa dirinya berhasil menjadi seorang Caregiver. Elvina yang saat itu dikontak, masih berada di Jepang.

Bermula pada saat dirinya masih duduk di bangku SMK, keinginan untuk berkuliah merupakan impiannya. Namun karena terkendala urusan ekonomi, Elvina mencari celah untuk menjadi sukses. Akhirnya dirinya mendapatkan informasi program Caregiver dari sekolahnya.

"Dari sekolah ada menyediakan fasilitas untuk mengikuti program magang ke Jepang, jadi di sini saya sangat semangat untuk mengikutinya. Saya ingin mencoba peruntungan sekaligus menimba pengalaman sebanyak mungkin di Jepang," kata Elvina.

Apalagi yang memotivasinya selama ini adalah orang tuanya. Sejak masuk SMK keperawatan, Elvina ingin menebar kebermanfaatan melalui bidang yang diminatinya ini.

"Dulu karena seperti Ibu juga sering masuk rumah sakit, jadi saya ingin menjadi perawat yang sekurang-kurangnya dapat merawat ibu saya sendiri," jelasnya.

 

Baca Juga: 8 Hal Unik di Supermarket Jepang, Ada Daging Ikan Paus Kalengan?

2. Sebelum ke Jepang, melewati proses asrama selama 6 bulan

Cerita Elvina, Anak Medan yang Jadi Perawat di Panti Jompo JepangSalah satu ruangan di Panti Jompo Kaede, tempat para pasien bersantai (Dok.Elvina Damayanti untuk IDN Times)

Gadis berusia 20 tahun itu menjelaskan untuk bisa lolos seleksi menjadi Caregiver, pendaftar harus melewati proses asrama selama 6 bulan. Itu pun jika lolos seleksi.

"Berhubung saya ambil program Caregiver perawat lansia, saya menempuh 6 bulan belajar di asrama, baik itu belajar bahasa Jepang sampai tentang ilmu keterampilan keperawatan itu sendiri," ujarnya.

Di asrama, para calon Caregiver masuk dari Senin sampai Jumat. Jam belajarnya pun dari pagi sampai sore, dimulai dari jam 09.00 WIB sampai 16.00 WIB. Di asrama ini, mereka dibekali terlebih dahulu sebelum mengikuti seleksi dan diberangkatkan.

"Setiap orang berbeda-beda, kan. Untuk menjadi Caregiver kita harus mengikuti ujian dulu, ada banyak ujiannya. Alhamdulillah saya melalui proses asrama dalam waktu 6 bulan saja, begitu ujian dan lolos seleksi, saya langsung berangkat ke Jepang," bebernya.

Elvina mengatakan calon Caregiver harus bisa lolos ujian. Baginya rajin belajar adalah hal yang harus dilakukan tanpa bisa ditawar. Jika berhasil melewati ujian, mereka juga akan melalui tahap wawancara dari perusahaan Jepang langsung. Biasanya, satu perusahaan hanya mencari 4 sampai 5 Caregiver saja.

"Program Caregiver terbuka setiap tahun, kok. Ada yang negeri bahkan ada yang swasta. Setiap 6 bulannya pasti memberangkatkan orang Indonesia," jelas perempuan berusia 20 tahun itu.

 

3. Ini beberapa program yang bisa mengantar anak muda menjadi Caregiver di Jepang

Cerita Elvina, Anak Medan yang Jadi Perawat di Panti Jompo JepangElvina Damayanti, anak muda asal Medan yang ikut program Caregiver di Jepang (Dok.Elvina Damayanti untuk IDN Times)

Orang-orang Jepang mengenal Caregiver dengan sebutan "Kaigo". Ada beberapa cara untuk mengikuti program ini, yang tergantung pada visanya. 

Yang pertama adalah Visa Tokutei Katsudou (melalui program Pemerintah, dikhususkan minimal pendidikan D3 keperawatan), kedua Visa Kenshu (melalui program magang Jepang untuk anak SMK), ketiga Visa TG (melalui program SSW Joycare Indonesia yang bebas latar pendidikannya, gajinya disetarakan dengan orang Jepang).

"Saya di sini sudah dikontrak. Alhamdulillah posisi saya setara dengan pekerja Jepangnya. Kontraknya bisa sekali dalam setahun, tapi saya berencana pulang 3 tahun lagi. Masih ingin bekerja di sini dan ambil pengalaman keperawatan banyak-banyak," ucap Elvina.

4. Manajemen panti jompo di Jepang rapi dan gaji Caregiver cukup tinggi dibanding di Indonesia

Cerita Elvina, Anak Medan yang Jadi Perawat di Panti Jompo JepangPanti jompo di Jepang yang manajemen dan ruangannya rapi (Dok.Elvina Damayanti untuk IDN Times)

Harus diakui oleh Elvina jika manajemen dan tata kelola Rumah Sakit, khususnya Panti Jompo di Jepang sangatlah rapi. Di Kaede, Elvina dan 4 orang teman Indonesianya bekerja selama 9 jam, yang meliputi 8 jam kerja dan 1 jam istirahat. 

"Di sini, kamar untuk lansia itu masing-masing, satu orang satu. Ada toiletnya juga di kamarnya. Manajemen panti jomponya rapi dan bagus. Para orang tua yang dititipkan di sini berusia 85 sampai 97 tahun. Sebagian ada yang pikun juga, inilah yang menjadi tantangan kami di sini," kata Elvina.

Jika dirinya mendapatkan shift pagi, Elvina dan teman-teman Caregiver lain membuat makanan untuk pasien, kemudian mereka susun makanannya di meja. Ada banyak pasien yang bisa jalan sendiri, namun ada beberapa pula yang butuh bantuan Caregiver untuk dibawa makanan ke kamarnya.

Banyak hal ditangani Caregiver, bahkan saat mengganti baju pasien dan menemaninya di kamar mandi. Setelah itu para Caregiver mengecek tensi dan suhu badan pasien. Setelah makan selesai, mereka memberi obat dan memberi waktu untuk menikmati teh atau matcha yang menjadi kebiasaan masyarakat Negeri Sakura itu.

"Tak dapat dipungkiri jika gaji di sini untuk Caregiver lumayan besar dibanding di Indonesia. Kalau untuk makan kami mengelolanya sendiri, tapi untuk uang rumah, listrik, air, gas, asuransi, itu dari manajemen perusahaan yang memotongnya dari gaji kita," tutur alumni SMK Kesehatan Haji Medan ini.

5. Bekerja di luar negeri bisa sembari liburan

Cerita Elvina, Anak Medan yang Jadi Perawat di Panti Jompo JepangElvina Damayanti ketika berwisata di Jepang di tengah jam libur kerjanya (Dok.Elvina Damayanti untuk IDN Times)

Umumnya, bekerja di luar negeri dengan alasan sembari berpelesir adalah hal yang paling dinanti oleh banyak orang. Ya, tak terkecuali Elvina. Yang awalnya ia belum pernah ke luar negeri, namun karena bekerja sebagai Caregiver di Jepang membuatnya telah menikmati setiap proses dan pengalamannya di sana. Termasuk pengalaman jalan-jalan.

"Sukanya itu jika kerja di luar negeri bisa sembari jalan-jalan dan eksplor tempat-tempat yang bagus yang sebelumnya tak pernah dikunjungi," jelasnya.

Yang menarik di Jepang bagi Elvina sendiri adalah dirinya bisa merasakan langsung musim-musim di Jepang. Mulai dari musim salju hingga musim semi yang memekarkan banyak bunga-bunga sakura yang indah per-bulan sekali ganti musim.

"Namun, ya, meskipun di sini enak, gaji besar, fasilitas bagus, tapi tak menutup kemungkinan jika saya rindu dengan keluarga. Rencana saya ke depan saya ingin kembali ke Indonesia, menjadi perawat, dan membawa pulang ilmu yang saya dapat di Jepang," pungkasnya.

 

 

 

Baca Juga: Sentuhan Magis Ecofriendly Board, Sulap Sampah Plastik jadi Furniture

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya