Dua tahun pagebluk, Andy melanjutkan karya yang telah digarap selama dua tahun sebelumnya. Selaku Director of Photography yang disutradarai oleh Onny Kresnawan serta produser dr Ria Telaumbanua M.Kes, ia terlibat produksi film dokumenter panjang berjudul PARHEREK.
Film itu menceritakan kepedulian Abdulrahman Manik (Detim) terhadap habitat satwa kera dan siamang di kawasan Sibaganding, Kabupaten Simalungun, Sumatra Utara.
"Kami melihat keunikan di Detim, dia bisa panggil kera dengan terompet yang diteruskan ayahnya Umar Manik. Dia juga mengedukasi warga sekitar dan pendatang untuk tidak memberi makan di pinggir jalan," ujarnya.
Keunikan lain yang coba disampaikan dalam film tersebut, kata Andy, dedikasi Detim terhadap satwa yang terancam punah tersebut. Berbekal pendapatan bulanan dan donasi dari sosial media, Detim mencoba untuk memberikan pakan untuk keberlangsungan hidup siamang.
"Kami lihat dedikasinya untuk kera-kera itu, kita angkat ceritanya. Dia juga live facebook untuk memberitahukan keberadaan kera-kera itu di mata orang lebih luas. Dari sana ada yang donasi tapi tetap kurang untuk pemenuhan kehidupan sehari-hari dan kera-kera itu. Kemudian kita edukasi dia menggunakan YouTube, dan berhasil monetisasi," tambahnya.
Hingga pada 2021, film ini berhasil masuk lima besar nominasi Film Festival Indonesia (FFI) 2021.
Selama produksi film PARHEREK, Andy mengaku mengalami sejumlah hambatan yang menyebabkan para timnya sulit beradaptasi dengan keadaan di lapangan. Apalagi area syuting di Sibaganding sempat ditutup karena pandemik.
Lantaran semangat agar film itu rampung dan ingin memberikan pesan masyarakat terkait dengan kecintaan satwa, Andy dan para timnya berupaya maksimal dengan menjalin komunikasi dengan pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap ekosistem di kawasan Siamang.
"Di tahun pertama kami intens produksi, kemudian di tahun ketiga produksi ada pandemik. Banyak momen penting yang kita missing (hilang) ketika aturan tidak menentu. Kami mau kunjungan juga ragu-ragu, kami tidak dapat kejelasan. Bagaimana protokol kesehatannya. Saat 2020 itu banyak halangan," ujar pria kelahiran 11 Agustus 1987 itu.
Momentum ditutupnya kawasan itu juga tidak luput dari pengambilan gambar. Andy mencoba menyampaikan bagaimana pandemik membuat banyak aktivitas tak ada yang berjalan normal di area Sibaganding.
"Tapi momen itu tetap kita rekam karena itu bagian dari dokumenter, dengan mengambil kisah yang ada," sambungnya.