Anak Muda hingga Presiden Pakai Songket Ulos Marnaek Manurung

- Marnaek Manurung melestarikan songket ulos sebagai bagian dari jati diri dan kehidupan orang Batak.
- Karya Marnaek merupakan cerminan diri yang membutuhkan waktu dan dedikasi, dengan koleksi ribuan kain tua berusia ratusan tahun.
- Banyak pejabat telah mengenakan songket ulos hasil karyanya, dengan harga mulai dari Rp2 juta hingga puluhan juta.
Medan, IDN Times - "Bagi saya kain ulos ini adalah hidup dan gambaran hidup antara kita dan jati diri. Karena, kalau jati diri ulos sudah hilang berarti orang Batak tidak ada lagi"
Ucapan Marnaek Manurung, founder Manurung Songket dalam upaya melestarikan Wastra Batak harus jadi perhatian. Ia terjun dengan niat melestarikan kain ulos hingga melihat peluang bisnis di dalamnya.
Songket ulos merupakan kain tradisional Batak yang ditenun dengan teknik songket. Ketertarikannya pada Wastra Batak ini berasal dari sebuah panggilan jiwa, untuk melestarikannya.
"Nenek moyang kita dulu sudah menggunakan kain-kain ini menjadi sebuah pakaian, dan dari hilir sampai ke hulu selalu dipakai dari kelahiran sampai kematian. Ulos tidak lepas dari kultural orang Batak. Sehingga, kita mengambil momen ini menjadi suatu peluang khusus usaha atau pegiat untuk melestarikan ulos menjadi warisan dan menjadi fashion baik adat maupun acara seperti Karya Kreatif Sumatera Utara (KKSU)," kata Marnaek kepada IDN Times, Minggu (20/7/2025).
1. Setiap karya merupakan cerminan diri masing-masing

Untuk mencapai karir ini, dikatakannya cukup panjang waktu yang dinikmati Marnaek. Sebab, baginya semua tidak ada yang instan. Apalagi, menurutnya setiap karya merupakan cerminan diri masing-masing.
"Sudah berkarya sampai 20 tahun, 10 tahun lalu masih wara wiri dalam arti menemukan jati diri dan 10 tahun terakhir ini kita memaksimalkan fokus didunia ulos dengan pewarna alam," jelas Marnaek.
Hal yang mendorong dirinya untuk berkarya berasal dari panggilan hati sejak kecil.
"Cerita uniknya, melihat kain tua itu saya sangat suka, makanya setiap fashion saya itu selalu menggunakan pewarna alam supaya sama dengan seperti kain tua. Jadi, kita ingin mempertahankan wasra Batak itu dengan cara terjun langsung sebagai pegiat dan bertemu banyak penenun, sehingga membuat kain Batak itu tetap ada dengan tren yang ada sekarang ini. Mulai dari usia muda dan tua orang jadi tertarik melihatnya dari yang kita buat," ungkapnya.
Marnaek mengungkapkan ada rasa kepuasaan saat membuat songket ulos ini.
2. Selama 20 tahun Marnaek telah memiliki ribuan kain tua

Selama 20 tahun didunia songket ulos ini, ia telah memiliki koleksi ribuan kain tua yang berusia sampai ratusan tahun. Dari kain tua itu, tercipta inspirasi yang menghasilkan marwah.
"Segala sesuatu yang dikerjakan dengan hati akan menghasilkan yang baik. Tidak ada yang instan jadi semuanya ini kalau tidak dikerjakan dengan hati mungkin akan jenuh karena pasang surut," tuturnya.
Pertama kali menjual songket ulos ini, berawal dari menceritakan Wastra Batak dan harga dari hasil karyanya. Marnaek juga merupakan pelatih Pewarna Alam Indonesia, memiliki banyak dampingan dari berbagai wilayah di Sumut.
Dia mengungkapkan pernah berjanji kepada mereka untuk menjual hasil karyanya. Hal ini dibuktikannya, bahwa penjualan songket ulos ini sudah pernah pameran di luar negeri, seperti Dubai, Malaysia, dan khususnya di Indonesia dalam beberapa event besar pameran fashion.
"Bukan pewaris tapi perintis," tuturnya.
3. Telah banyak pejabat yang mengenakan hasil karyanya

Banyak pejabat yang telah mengenakan songket ulos hasil dari karyanya. Seperti 30 kepala negara yang datang ke Indonesia, termasuk Joko Widodo pada saat itu sebagai Presiden RI. Harga dibanderol mulai dari Rp2 juta sampai dengan puluhan juta.
Dia memberikan pesan kepada para anak muda, untuk mencintai diri sendiri dengan melestarikannya termasuk adat dan budaya serta Wastra. Caranya dengan menggunakan atau mengenakan, baik sesimpel mungkin maupun secara adat.