Medan, IDN Times- Gordang Sambilan atau gendang sembilan adalah instrumen perkusi tradisional milik suku Mandailing yang unik. Disebut sebagai salah satu gendang terbesar di dunia, kesenian tradisional ini merupakan generasi ketiga dari tradisi musikal Mandailing yang memiliki nilai nilai kearifan tentang kehidupan manusia.
Gordang Sambilan merupakan generasi ketiga musik tradisional suku Mandailing yang mana sebelumnya ada Gordang Tano atau Gendang Tanah, dan Gondang Bulu atau Gendang Bambu.
Untuk menghasilkan bunyi irama yang merdu dan indah, Gordang Sambilan harus dibuat dengan kayu ingul yang telah berumur puluhan tahun dan dikerjakan secara manual. Gordang Sambilan memiliki irama yang sangat banyak seperti irama mamele begu memuliakan ruh orang yang meninggal dunia.
Ada juga irama alam seperti robana mosok, sampuara batu magulang dan irma udan potir. Dalam suku Mandailing Gordang Sambilan merupakan jati diri yang melekat mulai dari kelahiran sampai kematian.
Untuk itu pegiat seni, budayawan, dan penulis buku, Muhammad Bakhsan Parinduri atau lebih dikenal dengan Jasinaloan, terus melestarikan Gordang Sambilan, terutama pada generasi muda.