Berawal mengikuti "Festival Medan Soundspectives 2019", Rani diperkenalkan dengan eksplorasi soundscape. Hal inilah yang membawa Rani untuk memahami budaya leluhurnya, budaya Minangkabau. Sehingga menjadi kesempatannya, untuk mengenalkan budaya Minangkabau.
"Dari ikut FBK (Fasilitasi Bidang Kebudayaan) dari Kemdikbud. Karena Rani masih mencari tahu jati diri leluhur, ini jadi misi untuk mencari tahu budaya Minangkabau," katanya.
Selain itu, soundscape baginya dapat ditemukan dari berbagai sumber. Bahkan juga sumber dari masa lalu yang dapat ditemukan dengan merekam. "Soundscape adalah artefak sejarah karena suara belum banyak jadi artefak," kata Rani.
Contohnya ia merekam suara pemain Rabab Batok Kelapa di Pariaman. Hal ini dilakukan karena pemainnya adalah generasi terakhir saat ini. Rekaman suara inilah yang dapat menjadi artefak, jika didengarkan beberapa tahun selanjutnya. "Inilah poin penting dari soundscape sebagai artefak sejarah," tambahnya.
Lewat "Sound of Minangkabau", Rani mengenalkan sekaligus memahami budaya Minangkabau. Selain itu, ia juga membagi karyanya menjadi tiga bagian yakni darat, pesisir, dan rantau.
"Ini jadi representasi sisi lain Rani Jambak dalam mengenalkan budaya Minangkabau lewat darat, pesisir, dan rantau," ungkapnya.