Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Naik Haji dengan Menyisihkan 10 Persen Pendapatan, Begini Caranya!

Jemaah haji Indonesia secara bertahap diberangkatkan menuju Makkah dari hotel di Madinah, Arab Saudi, Selasa (13/5/2025). (Media Center Haji/Rochmanudin)
Jemaah haji Indonesia secara bertahap diberangkatkan menuju Makkah dari hotel di Madinah, Arab Saudi, Selasa (13/5/2025). (Media Center Haji/Rochmanudin)

Menunaikan ibadah haji adalah impian banyak umat Muslim di seluruh dunia. Sayangnya, sebagian orang merasa bahwa haji hanya bisa dilakukan oleh mereka yang sudah kaya atau mapan secara finansial. Padahal, dengan perencanaan keuangan yang disiplin dan konsisten, siapa pun bisa mulai mewujudkan impian suci ini, bahkan dari penghasilan yang sederhana sekalipun. 

Kebiasaan menyisihkan uang secara konsisten akan membawa dampak besar dalam jangka panjang. Tidak hanya membuat tujuan haji semakin dekat, tapi juga membiasakan diri hidup lebih hemat dan penuh kesadaran finansial.

Artikel ini akan membahas alasan dan cara-cara praktis untuk memulai perjalanan naik haji hanya dengan menyisihkan 10 persen dari penghasilanmu setiap bulan. 

1. Nilai kecil berdampak besar di masa depan

ilustrasi naik haji (pexels.com/shams)
ilustrasi naik haji (pexels.com/shams)

Mungkin terdengar kecil ketika kamu menyisihkan hanya 10 persen dari penghasilan bulanan. Misalnya, jika pendapatanmu Rp5 juta, maka kamu hanya menyisihkan Rp500 ribu setiap bulan. Namun, jika dilakukan secara konsisten selama 5 hingga 10 tahun, uang yang terkumpul bisa menjadi bekal awal untuk mendaftar haji reguler, bahkan bisa cukup untuk menutupi keseluruhan biaya, terutama jika kamu mulai sejak usia muda.

Kunci dari keberhasilan ini adalah kesabaran dan konsistensi. Seiring waktu, kamu juga bisa menempatkan dana tersebut dalam instrumen keuangan syariah yang aman dan memberikan imbal hasil, seperti tabungan haji atau reksa dana syariah. Dengan begitu, dana yang kamu sisihkan tidak hanya diam, tapi juga berkembang secara produktif hingga cukup untuk biaya keberangkatan.

2. Membentuk kebiasaan finansial yang sehat

ilustrasi naik haji (pexels.com/shams)
ilustrasi naik haji (pexels.com/shams)

Dengan menyisihkan 10 persen pendapatan untuk haji, kamu akan terbiasa membagi penghasilan untuk kebutuhan masa depan, bukan hanya kebutuhan harian. Kebiasaan ini tidak hanya bermanfaat untuk tujuan ibadah, tapi juga membentuk karakter disiplin dalam mengelola keuangan. Kamu akan lebih bijak dalam mengatur pengeluaran dan menghindari gaya hidup konsumtif.

Kebiasaan ini juga bisa menjadi titik awal untuk membangun perencanaan keuangan lainnya, seperti dana darurat, investasi, atau tabungan pendidikan anak. Jadi, menyisihkan uang untuk haji tidak hanya menjadikanmu lebih dekat pada Allah, tapi juga menjadikanmu pribadi yang bertanggung jawab dan memiliki kontrol lebih atas keuangan pribadi.

3. Menghindari rasa terlambat

ilustrasi naik haji (pexels.com/Shams)
ilustrasi naik haji (pexels.com/Shams)

Banyak orang menunda niat naik haji dengan alasan belum mapan, penghasilan kecil, atau terlalu sibuk dengan urusan duniawi. Padahal, semakin lama kamu menunda, semakin besar kemungkinan biayanya akan naik setiap tahunnya. Pemerintah dan lembaga terkait kerap melakukan penyesuaian biaya haji sesuai dengan kondisi ekonomi, inflasi, dan kebijakan dari Arab Saudi.

Dengan memulai lebih awal dan dari nominal kecil, kamu tidak perlu menunggu "waktu yang tepat" karena sebenarnya waktu terbaik adalah sekarang. Tidak perlu menunggu menjadi kaya, cukup dengan tekad dan sedikit konsistensi, kamu sudah bisa memulai langkah pertama menuju Tanah Suci. Bahkan, niat dan usaha itu sendiri sudah dicatat sebagai amal ibadah.

4. Manfaat spiritual

ilustrasi naik haji (pexels.com/Shams Alam Ansari)
ilustrasi naik haji (pexels.com/Shams Alam Ansari)

Menabung untuk naik haji bukan sekadar mengumpulkan uang, tapi juga membentuk kesadaran spiritual yang lebih mendalam. Setiap kali kamu menyisihkan uang, kamu diingatkan kembali akan tujuan ibadah, dan ini bisa memperkuat keimanan serta semangat menjalankan ibadah lainnya. Proses ini seperti latihan jiwa agar lebih ikhlas, sabar, dan berserah diri kepada Allah SWT.

Kegiatan menabung ini bisa juga menjadi bagian dari pendekatan diri kepada Tuhan. Semakin kamu disiplin dalam menyisihkan sebagian rezeki, semakin besar juga rasa syukur dan tawakal yang kamu miliki. Kamu akan menyadari bahwa perjalanan ke Tanah Suci bukan hanya soal uang, tapi juga soal kesiapan hati dan niat yang lurus.

 

5. Tersedia banyak fasilitas tabungan haji yang terjangkau

ilustrasi naik haji (pexels.com/shams)
ilustrasi naik haji (pexels.com/shams)

Saat ini, banyak bank syariah dan lembaga keuangan menawarkan produk tabungan haji yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Fasilitas ini biasanya sudah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, tanpa bunga dan dengan sistem bagi hasil yang adil. Bahkan, banyak di antaranya yang tidak mengenakan biaya administrasi bulanan, sehingga seluruh dana kamu bisa terakumulasi dengan optimal.

Kamu juga bisa memanfaatkan fitur autodebet agar setiap bulan dana 10 persen langsung dipotong dan masuk ke rekening tabungan haji. Dengan sistem seperti ini, kamu tidak perlu repot mengingat atau menyisihkan manual, karena semuanya berjalan otomatis. Teknologi finansial yang semakin maju sekarang ini sangat mendukung kamu untuk mencapai target ibadah haji tanpa harus menjadi kaya lebih dulu.

Naik haji adalah panggilan suci yang tidak hanya untuk orang berduit, tapi juga untuk mereka yang memiliki niat dan usaha yang sungguh-sungguh. Menyisihkan 10 persen dari pendapatanmu mungkin tampak kecil, tapi langkah kecil yang konsisten jauh lebih berharga daripada niat besar yang terus ditunda.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Doni Hermawan
EditorDoni Hermawan
Follow Us