Anggota Bank Sampah Yamantab menganyam sampah plastik yang sudah dipilah menjadi produk daur ulang kreatif. (IDN Times/Prayugo Utomo)
Selain minimnya aturan dan penegakannya, persoalan sampah juga berdampak pada minimnya kebertanggungjawaban di tingkat masyarakat.
“Sebut saja, kemauan pemilahan sampah mulai dari rumah, pertokoan, perkantoran atau sekolah. Padahal, pemilahan sampah menjadi satu unsur penting pengelolaan sampah,” katanya.
Slogan reduce (mengurangi), reuse (mengurangi) dan recycle (mendaur ulang) atau 3R juga belum diterapkan dengan baik. Misalnya, di sisi industri saja, belum tentu dilaksanakan dengan baik. Apalagi kepada masyaraat yang memiliki kesadaran masih rendah akan bahaya sampah plastik.
“Lalu, di sisi praktis masyarakat, penerapan 3R memang masih jauh dari harapan. Dengan alasan beragam, mulai hal yang rumit menyangkut rendahnya keuntungan materi dari mengelola sampah, hingga alasan-alasan remeh, misalnya alasan tak ada waktu luang untuk mau memilah sampah, dan memilih cara instan dengan membuang atau membakar. Padahal, dampak dari cara instan tersebut, saat ini nyata-nyata telah memberi dampak buruk, bahkan dikhawatirkan akan lebih buruk di masa depan,” tukasnya.