Anak-anak didikan Sanggar Lingkaran sering tampil dalam pertunjukan kesenian (Instagram.com/irwan_iwanno)
Jasa Irwanto mendirikan Sanggar Lingkaran di Desa Kampung Lama, Pantai Labu, kini telah terlihat jelas. Perlahan-lahan dirinya dan para relawan membangun pendidikan di tengah masyarakat. Hingga kini Sanggar Lingkaran telah memiliki 150 siswa dan relawan sebanyak 17 orang yang siaga mendidik.
"Sanggar lingkaran ini sebenarnya dulu komunitas. Awalnya didirikan tahun 2007 di Aceh. Saya buat nama 'Lingkaran' karena tertarik dengan filosofinya. Lingkaran ini tak berujung, semuanya terhubung. Lingkaran tidak ada sudutnya, tidak ada sisinya, dan jika kita membentuk lingkaran semuanya pasti berada di depan. Dari lingkaran tidak ada yang terlihat paling depan, paling belakang, tidak ada paling pintar, bahkan tidak ada yang paling kaya, semuanya sama," aku Irwanto.
Pria yang kerap disapa "Nda Irwan" atau "Ayahanda Irwan" itu tak pernah membeda-bedakan anak yang ingin belajar. Semua memiliki kesempatan yang sama. Didikan tulusnya kini telah membuahkan hasil. Seperti buah matang yang siap petik, anak-anak di Sanggar Lingkaran kini telah memiliki wadah yang tepat untuk berkreasi.
"Di sini, kami mengajarkan banyak hal. Seperti pendidikan karakter, mengaji, sanggar seni budaya, seni tradisi, kemudian ada pendidikan kesetaraan, dan taman baca," ucapnya.
Stimulasi dan strategi-strategi kreatif yang Sanggar Lingkaran ajarkan kepada 150 siswanya perlahan-lahan mengukir hasil yang indah. Anak-anak yang dibinanya menjadi aktor yang mengisi pertunjukan di Desa Wisata Kampung Lama. Dari penampilan tradisi yang mereka tunjukkan kepada wisatawan, anak-anak itu bahkan telah berpenghasilan
"Kita telah mengajarkan pertunjukan-pertunjukan berbasis kebudayaan kepada anak-anak. Dan mereka saat ini adalah aktor dalam merevitalisasi kebudayaan. Alhamdulillah mereka sering menjadi pengisi acara di Desa Wisata," terang Irwanto.