Merantau Modal Gunting, Samino Kini Jadi Penjahit Beromzet Miliaran

Berkat bantuan modal dari PKBL PTPN IV

Medan, IDN Times – Sekitar 30 tahun silam, tepatnya 4 Juni 1991 seorang anak muda bernama Samino nekat merantau sebatangkara ke Kota Medan. Naik kereta api dari kampung halamannya, Rantau Prapat, Kabupaten Labuhan Batu, ia hanya membawa beberapa potong baju, gunting, meteran kain, dan penggaris.

Tak dinyana, 30 tahun setelah kejadian itu, Samino menjelma menjadi penjahit andal di Kota Medan dengan omzet miliaran. “Salah satu yang paling berperan penting adalah bantuan modal dari Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) IV hingga saya bisa seperti ini,” ujar Samino saat ditemui IDN Times di kediamannya, Selasa (30/3/2021).

Seperti apa kisah perjuangan Samino hidup sebatangkara di Medan, Kuliah Teknik Mesin di UMSU, hingga menjadi penjahit sukses, yuk simak:

1. Mahasiswa Teknik Mesin yang Gak Betah Bekerja sebagai Teknisi

Merantau Modal Gunting, Samino Kini Jadi Penjahit Beromzet MiliaranIDN Times/Dhana Kencana

 

Samino, Pemilik Usaha Menjahit Mas Jaya adalah lulusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU). Memulai kuliah tahun 1991 dan tamat lima tahun berikutnya. Namun ia tak betah bekerja sebagai teknisi. Sudah beberapa kali dicobanya untuk bekerja, namun tak betah dan akhirnya memutuskan menjadi tukang jahit.

“Sudah pernah bekerja di empat perusahaan, tapi gak kerasan. Tahun 2020 akhirnya memutuskan focus menjahit saja,” ujarnya.

Awalnya Samino hanya menjahit pakaian tempahan. Namun putarannya uangnya lambat, karena menunggu pesanan pelanggan. Akhirnya ia berinisiatif untuk menjahit seragam sekolah. Memanfaatkan jaringan Muhammadiyah, ia berhasil masuk ke sekolah-sekolah Muhammadiyah yang ada di Medan untuk mendapatkan orderan pembuatan baju seragam.

Namun, permasalahan baru muncul, yaitu modal. Berpegang informasi dari ayahnya yang merupakan pekerja di PTP daerah Labuhanbatu, Samino mengajukan proposal permohonan bantuan modal usaha ke Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) IV. Setelah melalui beberapa proses, akhirnya berhasil.

“Oangtua saya itu kerja di PTP. Dari pengajuan proposal ke PTP dapat lah modal awal waktu itu Rp15 juta,” terangnya.

Dengan modal dari PKBL PTPN IV, Samino mulai bisa membeli bahan produksi dalam jumlah banyak dan menggaji karyawan. Roda Usaha Menjahit Mas Jaya mulai berputar.

Baca Juga: Polda Sumut Gagalkan Perdagangan Orangutan, 5 Orang Ditangkap

2. Hampir lumpuh, namun PKBL PTPN memberikan keringanan pembayaran cicilan

Merantau Modal Gunting, Samino Kini Jadi Penjahit Beromzet MiliaranIlustrasi penjahit (IDN Times/Dhana Kencana)

Saat usaha jahitnya baru mau menanjak, Samino diserang penyakit, bahkan nyaris lumpuh. Kegiatan usaha macet, cicilan ke PKBL PTPN macet juga.

“Berhenti menjahit beberapa tahun karena kena penyumbatan pembuluh darah pena di kaki. Hampir lumpuh,” ungkap ayah dua anak ini.

Syukurnya, tambah Samino, PKBL PTPN tidak seperti lembaga perbankan yang memiliki dept collector galak, menerapkan bunga yang tinggi, bahkan sampai menyita alat produksi jika terlambat atau macet mencicil.

Selama sakit, menurutnya, pihak PKBL terus melakukan kunjungan rutin untuk mengecek kondisinya, tidak memaksa untuk membayar cicilan, dan tidak menerapkan sanksi atau bunga pinjaman. Empat tahun berlalu, Samino baru sembuh. Ia kembali memulai usahanya tahun 2005.

Dengan modal yang ada Samino kembali menjahit dan hingga kini usahanya terus menunjukkan kemajuan.

Sejak saat itu cicilannya ke PKBL PTPN selalu lancar, bahkan pinjamannya terus meningkat. Tahun 2010 mendapat top up pinjaman Rp20 juta, tahun 2015 Rp50 juta, tahun 2017 sekaligus yang terakhir, Rp75 juta. Semua pinjaman tersebut sudah dilunasi oleh Samino pada tahun 2020 dan kini ia menjadi pengusaha mandiri dengan omzet miliaran.

“Sekarang sudah ada sembilan karyawan dan ada sembilan sekolah Muhammadiyah yang saya jahit baju seragamnya. Selain itu berbagai pesanan pemuda Muhammadiyah dan lainnya saya juga yang menjahit,” jelas pria kelahiran 1 Januari 1971 ini.

Dengan semua orderan yang ia kerjakan saat ini, Samino mengaku omzetnya per bulan menjapai Rp1,6 miliar. WOW!

Di masa pandemik seperti saat ini, usahanya pun tetap berjalan lancar. Karena ia menjalin kontrak dengan sekolah-sekolah. Sehingga orderan tetap ada. “Yang jadi masalah saat penarikan, karena sekolah kesulitan membayar saat ini,” ungkapnya.

3. Belajar menjahit pertama kali tahun 1987 karena ingin bantu keluarga untuk meringankan biaya kuliah

Merantau Modal Gunting, Samino Kini Jadi Penjahit Beromzet MiliaranIlustrasi pekerja. IDN Times/Dhana Kencana

Samino berkisah, keahlian menjahit ia dapatkan sejak tahun 1987. Kala itu Samino masih kelas 2 STM. Kepada orangtuanya, ia mengaku ingin kuliah Teknik Mesin ke Medan.

Namun, orangtuanya yang bekerja di PTP tidak memiliki uang cukup untuk membiayainya kuliah karena abang dan adiknya masih menjadi tanggungan keluarga juga.

“Abang saya bilang, merantau itu butuh biaya besar. Kalau mau kuliah di Medan harus punya keahlian. Jadilah saya belajar menjahit bahan sejak saat itu,” kata pria 50 tahun ini.

Tahun 1990 ia tamat sekolah, namun menganggur. Pada 4 Juni 1991, tiga bulan sebelum masuk kuliah tahun ajaran baru, Samino, memberanikan diri berangkat ke Medan hanya membawa beberapa potong baju, gunting, meteran kain, penggaris, serta uang seadanya.

Setelah empat hari tiba di Medan, ia langsung bekerja di tempat tukang jahit. “Karena kuliah itu tiga bulan lagi, jadi saya persiapan dulu, cari kerjaan, cari tempat kos, dan cari biaya pendaftaran kuliah. Makanya saya ke Medan itu bawa gunting dan meteran kain saja modal saya,” kenangnya.

Ia ingat betul tanggal keberangkatan ke Medan dan hari pertamanya kuliah, karena menurutnya, hari-hari tersebut sangat berkesan dan tak bisa dilupakannya hingga saat ini.

“Jadi saya itu kerja pertama kali di Jalan Bakti di Penjahit Chandra, saya ingat betul, bahkan pemiliknya seperti ayah angkat saya sendiri, karena saya sebatangkara di Medan, dan dari situ saya belajar banyak tentang menjahit, bahkan masih sering tukar pikiran sampai sekarang,” ungkapnya.

Setelah tiga bulan bekerja di Penjahit Chandra, September 1991 Samino berkuliah di Kampus UMSU jurusan Teknik Mesin.

Meski tak kesampaian mendapat pekerjaan sesuai jurusan kuliah, ia berharap kedua anaknya bisa mendapat Pendidikan yang baik dan kelak bisa mendapat pekerjaan yang lebih baik. Kini anak sulungnya kuliah di ITB Bandung Jurusan Teknik Pertambangan. Sedangkan si Bungsu, masih kelas 1 SMA.

4. PKBL PTPN IV kini sudah memiliki sekitar 2.000 mitra UMKM

Merantau Modal Gunting, Samino Kini Jadi Penjahit Beromzet Miliaran

Sebagai salah satu badan usaha milik negara (BUMN), PTPN IV tak hanya memikirkan profit atau keuntungan semata.

Perusahaan perkebunan sawit dan teh ini juga menjalankan kewajiban melalui program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL) yang pembiayaannya diambil dari keuntungan perusahaan sesuai aturan yang berlaku. Kini total UMKM yang dibina oleh PKBL kurang lebih 2.000 UMKM.

"Melalui PKBL, PTPN IV benar-benar melakukan pembinaan ke UMKM binaan. Kami tak memikirkan keuntungan, namun tanggungjawab pengembalian modal usaha tetap harus dilaksanakan binaan kami," kata Ahmad Zarkasih, karyawan pelaksana PKBL PTPN IV.

Pria yang akrab disapa Ari menjelaskan, dalam melaksanakan program PKBL, termasuk untuk pendanaan usaha UMKM, selalu dilakukan monitoring dan evaluasi (money) yang kemudian nanti dijadikan dasar pembinaan agar UMKM yang diberi bantuan dana benar-benar bisa berkembang.

"Maksimal tiga kali bantuan pendanaan kami cairkan ke pelaku UMKM binaan. Jadi, itu harus bisa dimaksimalkan dan harus bisa membuat binaan kita berkembang," ujarnya.

Di masa pandemik COVID-19, pihaknya tetap melakukan pembinaan, termasuk melalui aplikasi Zoom atau video call dengan pelaku UMKM binaan.

"Di akhir tahun 2019, sebelum COVID-19, Pak Samino dan pelaku UMKM lain yang kami bina juga pernah kami bawa studi banding ke para pelaku UMKM di Kota Semarang, Jawa Tengah," jelas Ari.

Meski pinjamannya sudah selesai, bagi PKBL, Samino bukan hanya sekadar mitra, tapi kini sudah bisa menjadi pembicara untuk menginspirasi mitra-mitra PKBL yang lain.

Baca Juga: Tersangka Perdagangan Orangutan Tak Ditahan Polda Sumut, Ini Sebabnya

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya