Mengejar Keseimbangan Kopi di Circle Concordia Coffee Medan

C3 Masuk dalam 500 UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR 2021

Medan, IDN Times – Circle Concordia Coffee baru berdiri tahun 2018. Awalnya hanya fokus pada penjualan biji kopi ke warung kopi selama dua tahun, akhirnya memberanikan diri membuka coffee shop sendiri pada 2020.

Meski terbilang masih baru di bisnis kopi, namun Circle Concordia Coffee atau biasa disebut C3 sudah berhasil menjual sekitar 800 kilogram biji kopi per bulan.

Pada awal masa pandemik COVID-19, C3 sempat mengalami penurunan penjualan. Namun pertemuan dengan pihak PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk (BRI) memberi perubahan. Kala itu dari pihak BRI berkunjung ke lapak kopi C3 lalu berdiskusi dengan Niko Fransisco Silalahi dan Fandy Vasta Filo Sembiring selaku founder C3.

Melihat produksi kopi C3 yang menarik dan konsisten, pihak BRI memberikan pendampingan dan akan mendaftarkan C3 sebagai peserta UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR yang rutin digelar setiap tahun sejak 2019.

“Salah satu pendampingan yang diberikan adalah cara memasarkan kopi kami lewat e-Commerce. Hingga saat ini kami masih mempertahankan itu dan berjualan di Shopee,” ujar Fandy pada IDN Times beberapa waktu lalu.

Akhirnya C3 berhasil menjadi satu dari 500 UMKM terbaik yang masuk dalam UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR 2021.

Yuk simak kisahnya:

Mengejar Keseimbangan Kopi di Circle Concordia Coffee MedanFandy Vasta Filo, Roaster Circle Concordia Coffee Medan (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Fandy berkisah, C3 semula hanya projek kecil-kecilan antara dirinya dan Niko. Kemudian Niko bertemu dengan petani kopi di Lumban Julu, Toba yang memiliki citarasa khas. Kemudian Fandy bertemu dengan petani Kopi di Sigulok, Humbang Hasundutan dan Sumbul, Dairi.

Pertemuan dengan beberapa petani kopi ini meyakinkan Niko dan Fandy bahwa mereka bisa mengolah biji kopi tersebut dan memasarkannya.

Lalu mereka menyewa rumah kecil di Jalan Sembada III Nomor 19 Medan untuk tempat roasting sekaligus tempat mereka tinggal. “Mengapa kami pilih tempat ini, karena harganya murah. Halaman belakang rumah juga luas jadi bisa digunakan untuk menjemur kopi atau produksi pasca panen,” jelas Fandy.

Sedangkan di halaman depan rumah, diletakkan beberapa kursi dan meja agar bisa menikmati kopi hasil roasting mereka. “Awalnya Cuma donasi, teman-teman boleh minum kopi apa saja dan bayar seikhlas hati untuk donasi,” kenang pria 26 tahun ini.

Tempat roasting ini kemudian diberi nama Circle Concordia Coffee yang artinya Lingkaran Keseimbangan Kopi. “Karena tujuan kami dalam roasting kopi ini adalah untuk mengejar keseimbangan rasa kopi. Biji kopi berkualitas akan kehilangan citarasanya jika roasting-nya tidak tepat,” katanya Fandy.

Uniknya, Fandy dan Niko belajar otodidak untuk me-roasting kopi. Salah satunya bergabung ke Komunitas Kopi Nusantara. Berkat giat berdiskusi dan menimba ilmu di berbagai tempat, akhirnya keduanya mahir dalam me-roasting biji kopi dari petani untuk dipasarkan.

Makin hari peminat biji kopinya terus meningkat. Penikmati kopi yang datang juga terus bertambah. Kini C3 berhasil menjual sekitar 900 kilogram biji kopi ke berbagai daerah di Sumut. Sebagian besar pelanggannya berada di luar Kota Medan, sekitar 50-60 coffee shop. Di anntaranya berasal dari Kabupaten Toba, Karo, dan Dairi.

Sedangkan pelanggan di Kota Medan berkisar 20-30 coffee shop. Bahkan salah satu pelanggan tetapnya salah satu coffee shop di Jogja.

Mengejar Keseimbangan Kopi di Circle Concordia Coffee MedanCircle Concordia Coffee Medan (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Keberhasilan mengemas biji kopi dengan baik dan memasarkannya dengan baik pula, akhirnya C3 dilirik oleh pihak BRI. Kemudia BRI bersedia memberikan pendampingan dalam melakukan pemasaran produk, khususnya meng-upgrade pemahaman Fandy dan Niko tentang e-Commerce.

Masa-masa pandemik, sempat terjadi penurunan penjualan biji kopi sekitar 20 persen. Namun perlahan mereka bisa bangkit dan penjualan biji kopi Kembali normal. Salah satunya berkat memasarkan produk lewat e-commerce. Sehingga, meski pandemik melanda, para pelanggan bisa memesan secara online.

Setelah 1,5 tahun pendampingan, C3 berhasil masuk menjadi satu dari 500 UMKM terbaik yang masuk dalam UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR 2021. “Harapannya kami bisa memenangkan UMKM Award. Tapi kalau belum berhasil tahun ini, akan coba lagi di tahun berikutnya,” ungkap Fandy.

Kedepan, alumnus Sastra Inggris, Kampus Unimed ini berniat membuka coffee shop miliknya sendiri di bawah naungan C3, namun dengan konsep yang berbeda. Kenudian membuat satu kebun percontohan untuk mengedukasi masyarakat khususnya petani kopi di daerah.

“Sehingga nama C3 akan lebih berkibar di dunia perkopian Sumatra Utara,” pungkasnya.

Baca Juga: Dari Studi Banding BRI, PDM Coffee Kini Mengekspor Kopi Ke Luar Negeri

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya