Marandus Ingin Andaliman Mangintir Khas Batak Tembus Pasar Ekspor

Andaliman sering disebut Merica Batak

Andaliman adalah bumbu khas (tanaman edemik Kaldera Toba) dari tanah Batak, bumbu ini sudah dikenal oleh nenek moyang orang Batak, sebelum teknologi berkembang di tanah Batak. 

Andaliman sering disebut "Merica Batak" karena memang bumbu tersebut hanya digunakan oleh orang-orang Batak. Namun pada masa kini andaliman sudah semakin dikenal di Indonesia.

Salah satu yang membuat Andaliman dikenal di Indonesia adalah Marandus Sirait. Ia mendirikan CV Andaliman Mangintir Taman Eden 100.

Jika berkunjung ke Taman Eden 100 di Dusun Lumbanrang, Desa Sionggang Utara, Kecamatan Lumbanjulu, Kabupaten Toba maka akan bisa melihat galeri Andaliman Mangintir.

Mangintir, kata Marandus, artinya bergetar atau sensasi kelu atau mati rasa di lidah.

Marandus Ingin Andaliman Mangintir Khas Batak Tembus Pasar EksporGaleri Andaliman Mangintir di Taman Eden 100, Toba (Dok. IDN Times)

Ia bercerita dulunya andaliman ada di hutan, kini sudah bisa dipindahkan ke pertanian masyarakat.

Namun selama ini, andaliman hanya dikirim dalam bentuk buah segar. Sekarang sudah dibuat yang kering. Ada yang bubuk sehingga memungkinkan seluruh bangsa Indonesia memakan andaliman, dari yang kecil sampai yang opung-opung (kakek dan nenek).

Dengan cara ini, Marandus mencoba mempopulerkan Andaliman untuk dijadikan oleh-oleh khas Geopark Kaldera Toba yang bisa dibawa pulang wisatawan saat berkunjung.

Selain itu andaliman juga bisa dilirik melalui produk non makanan yang bisa tahan lama.  Contohnya  pengembangan produk  seperti sabun andaliman, balsam andaliman, minyak merica, fragrance difusser, pepper spray. Andaliman punya potensi pasar yang luas

Tantangan pengembangan andaliman saat ini, kata Marandus adalah mengenalkan ke seluruh nusantara dan dunia.

"Kami coba mangintir-kan lidah orang seluruh dunia ini lewat andaliman. Kenapa kami yakin itu? Sudah pernah dibawa ke luar negeri dengan membawa andaliman dan nantinya akan masuk ke seluruh dunia," ujarnya dengan optimistis.

Salah satu cara yang dilakukan Marandus adalah dengan mengikuti pameran di dalam dan luar negeri seperti Swiss, Spanyol, dan Polandia. Pada 2019, Andaliman Mangintir berhasil meraih Award BPOM UMKM Kreatif dan Inovatif.

Pada 2021, CV Andaliman Mangintir menjadi satu dari 500 UMKM terbaik yang masuk dalam UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR 2021.

Sebelumnya masuk dalam 500 UMKM terbaik, CV Andaliman Mangintir mendapat pendampingan dan pelatihan untuk penjualan melalui sistem reseller dan media sosial. Serta melakukan penjualan melalui e-commerce. Kini produk Andaliman Mangintir bisa ditemukan di Shopee.

Hingga saat ini sudah ada 15 jenis produk andaliman. Antara lain sabun, kripik andaliman, bandrek andaliman, permen andaliman, bubuk andaliman, andaliman kering, andaliman original, bumbu arsik andaliman, sambal andaliman, kacang telur andaliman, roti bawang andaliman, ketawa andaliman, hingga bakso andaliman, dan lainnya.

“Andaliman sebagai tanaman endemik di Kawasan Danau Toba selama ini hanya dikenal masyarakat Batak. Hal ini memacu semangat kami semakin giat lagi melakukan pembinaan kepada petani, dan terus berinovasi sehingga produk produk yang kita hasilkan semakin dikenal dan diterima masyarakat luas,” ungkapnya.

Marandus Ingin Andaliman Mangintir Khas Batak Tembus Pasar EksporProduk Andaliman Mangintir (Dok. Shopee)

Jika anda Penasaran dengan Produk-produk tersebut, maka datanglah berwisata Ke Danau Toba dan Jangan Lupa Singgahlah Ke Taman Eden 100, Kabupaten Toba. 

Dalam pengembangan Andaliman bukan tak ada kendala. Sampai saat ini bibit andaliman belum bisa disertifikasi karena belum dilepaskan dari kementrian pertanian.

Karenanya, Marandus mendorong terus Pemkab Tobasa lewat Dinas Pertanian agar menindaklunjuti usulan sertifikasi ke Kementrian Pertanian.

Baca Juga: Galeri Ulos Sianipar, Pasarkan Kerajinan Tradisional Lewat Cara Modern

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya