Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
illustrasi mengemudi dengan jendela terbuka (pexels.com/Tim Samuel)
illustrasi mengemudi dengan jendela terbuka (pexels.com/Tim Samuel)

Intinya sih...

  • Hambatan angin dan aerodinamika mobil

  • Pengaruh kecepatan terhadap konsumsi BBM

  • Perbandingan dengan menggunakan AC

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Mengemudi mobil sering kali melibatkan kebiasaan yang terlihat sepele, tetapi sebenarnya berdampak besar pada efisiensi bahan bakar. Salah satunya adalah mengemudi dengan jendela terbuka. Banyak pengendara merasa lebih nyaman dengan udara segar yang masuk langsung, apalagi saat cuaca sejuk atau ketika AC mobil sedang dimatikan. Namun, pertanyaannya, apakah kebiasaan ini justru membuat konsumsi bahan bakar lebih boros?

Topik ini menarik untuk dibahas karena ada banyak faktor teknis yang terlibat. Dari aerodinamika mobil, perbedaan kecepatan berkendara, hingga efek penggunaan AC, semuanya punya peran penting. Mengemudi dengan jendela terbuka memang terasa menyenangkan, tetapi bisa jadi menyimpan konsekuensi yang tidak disadari.

Mari kita telusuri lebih dalam untuk melihat bagaimana kebiasaan sederhana ini memengaruhi kantong dan efisiensi kendaraan.

1. Hambatan angin dan aerodinamika mobil

illustrasi mengemudi dengan jendela terbuka (pexels.com/Kindel Media)

Ketika jendela mobil terbuka, aliran udara yang masuk akan mengubah bentuk aerodinamis kendaraan. Mobil yang awalnya didesain untuk meminimalkan hambatan angin, akan mengalami peningkatan drag karena udara tertahan di dalam kabin. Peningkatan hambatan ini membuat mesin harus bekerja lebih keras untuk mempertahankan kecepatan, terutama ketika melaju di jalan tol atau kecepatan tinggi.

Efek ini mungkin gak terlalu terasa saat berkendara di dalam kota dengan kecepatan rendah. Namun, pada kecepatan di atas 80 km/jam, hambatan udara akan meningkat secara signifikan. Semakin besar drag yang dihasilkan, semakin besar pula beban kerja mesin, yang akhirnya berujung pada konsumsi BBM yang lebih tinggi. Inilah mengapa jendela terbuka saat melaju cepat sering dianggap kurang efisien dari sisi bahan bakar.

2. Pengaruh kecepatan terhadap konsumsi BBM

illustrasi mengemudi dengan jendela terbuka (pexels.com/RDNE Stock project)

Kecepatan menjadi faktor utama dalam menentukan seberapa besar efek jendela terbuka terhadap konsumsi bahan bakar. Pada kecepatan rendah, efek hambatan udara belum terlalu besar, sehingga pengaruhnya terhadap BBM relatif kecil. Namun, pada kecepatan menengah hingga tinggi, udara yang masuk ke dalam mobil akan memberikan tekanan balik yang menghambat laju.

Kondisi ini membuat mobil membutuhkan lebih banyak tenaga dari mesin untuk mengatasi hambatan. Akibatnya, konsumsi BBM bisa meningkat secara signifikan. Inilah alasan mengapa banyak ahli otomotif menyarankan untuk menutup jendela ketika melaju di jalan tol, dan lebih memilih menggunakan AC pada level rendah untuk mempertahankan efisiensi.

3. Perbandingan dengan menggunakan AC

illustrasi AC mobil (vecteezy.com/pichai pipatkuldilok)

Sebagian pengemudi membuka jendela untuk menghemat BBM karena gak mau menyalakan AC. Memang, penggunaan AC juga memberi beban tambahan pada mesin, terutama pada mobil dengan kapasitas mesin kecil. Namun, pada kecepatan tinggi, justru penggunaan AC sering lebih hemat dibanding jendela terbuka, karena hambatan angin jauh lebih besar dari beban AC.

Pada kecepatan rendah, membuka jendela memang bisa menjadi pilihan yang lebih hemat. Tetapi jika perjalanan melibatkan rute yang panjang dengan kecepatan konstan di atas 80 km/jam, penggunaan AC cenderung lebih efisien. Jadi, keputusan terbaik tergantung pada kondisi jalan dan kecepatan rata-rata perjalanan.

4. Faktor kenyamanan dan kebisingan

illustrasi mengemudi dengan jendela terbuka (pexels.com/Tim Samuel)

Selain konsumsi BBM, kenyamanan juga jadi pertimbangan penting. Berkendara dengan jendela terbuka bisa menyebabkan kebisingan yang lebih tinggi, apalagi jika melaju di jalan raya yang ramai. Suara angin, kendaraan lain, dan getaran udara bisa membuat perjalanan terasa kurang tenang.

Udara yang masuk juga membawa debu, asap, atau bau yang gak selalu menyenangkan. Dalam jangka panjang, ini bisa memengaruhi kualitas udara di dalam kabin dan kenyamanan penumpang. Jadi, selain boros atau hematnya BBM, faktor kenyamanan dan kesehatan juga patut diperhitungkan.

Mengemudi dengan jendela terbuka memang punya sensasi tersendiri, tetapi dari sudut pandang efisiensi BBM, kebiasaan ini gak selalu menguntungkan. Pada kecepatan rendah, efeknya relatif kecil, tetapi di jalan tol atau saat melaju cepat, hambatan udara bisa membuat konsumsi BBM meningkat.

Penggunaan AC kadang justru lebih hemat dibanding jendela terbuka, terutama pada kecepatan tinggi. Faktor kenyamanan, kebisingan, dan kualitas udara di dalam kabin juga layak jadi pertimbangan. Jadi, pilihan terbaik adalah menyesuaikan kebiasaan mengemudi dengan kondisi jalan dan kebutuhan perjalanan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team