TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Jalan Armawati, Dirikan Bank Sampah untuk Sadarkan Masyarakat

Sempat ada penolakan saat sosialisasikan sampah

Armawati Pendiri Bank Sampah asal Medan (IDN Times/Masdalena Napitupulu)

Sumatra Utara tercatat menjadi provinsi nomor dua di Indonesia untuk industri lanjutan dari daur ulang. Keresahan melihat sampah di Sumatra Utara menjadi dasar Armawati Chaniago untuk mendirikan Bank Sampah di Sicanang, Belawan, Kota Medan, Sumatra Utara. 

"Saya prihatin melihat sampah di kota sudah banyak dan belum banyak orang yang fokus untuk mengelolanya," kata Armawati mengawali pembicaraannya, kepada IDN Times beberapa waktu lalu. 

Katanya, banyaknya sampah rumah tangga dan industri pabrik tentu semakin membuat perkotaan banyak menghasilkan sampah. Belum lagi, masyarakat yang kurang menyadari bahwa sampah dapat merusak lingkungan dalam jangka panjang.

1. Belajar pemisahkan sampah secara otodidak, menyadarkan Arma bahwa sampah mempunyai nilai ekonomi

Ilustrasi sampah (ANTARA FOTO/Irwansyah Putra)

Belajar pemisahkan sampah secara otodidak, menyadarkan Arma bahwa sampah mempunyai nilai ekonomi. "Sebenarnya yangmenjadi permasalahan hingga kini ketika masyarakat yang sudah sadar akan sampah, tapi sistem pengangkutannya masih dicampur begitu saja," ucapnya. 

Permasalahan sampah ini, menurutnya, harus ada kesadarann dari masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan. Ia mencontohkan, program bank sampah bisa menjadi solusi.

"Tugas kami adalah menyelesaikan sampah yang berasal dari rumah tangga. Tentunya, dalam hal ini sampah bisa berakhir di industri daur ulang bukan berakhir di tempat sampah," jelas Arma. 

Baca Juga: Cerita Siti Khadijah, Peduli Masalah Perempuan lewat Hapsari

2. Arma tergerak karena keprihatinan bahwa sampah di kota sudah sangat banyak

Komunitas peduli sampah plastik (ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah)

Armawati mulai mengenal sampah sejak 2009, berawal dari program  Medan Unilever Indonesia. Kala itu, Arma mengaku tidak mengenal program Bank Sampah seperti apa. Hanya bermodal sebuah keprihatinan bahwa sampah di kota sudah sangat banyak dan belum banyak orang yang fokus untuk mengelolanya.

Lalu, sekitar 2010, keprihatinannya bertambah ketika melihat banyak para pengelola sampah yang memiliki kegiatan terkait daur ulang sampah dan membuat membuat karya kerajinan tangan.

"Membuat kerajinan tangan seperti itu memang bagus tapi hal itu tak menyerap sampah dalam jumlah besar dan pemasaran di Medan belum bagus untuk produk tersebut karena desainnya juga belum baik," ujarnya.

3. Arma: Sampah itu adalah sumber daya atau bahan baku untuk industri lanjutan

IDN Times/Dhana Kencana

Arma bercerita, pengetahuannya terkait sampah pun bertambah ketika mengikuti pelatihan terkait sampah di Yogyakarta, Jakarta dan Bandung. "Saya melihat di sana ternyata ada program yang namanya Bank Sampah. Kebetulan program Bank Sampah baru diundang-undang kan pada tahun 2008 dan menjadi program nasional," katanya.

Dari sana, ia belajar bahwa sampah itu sebenarnya, bukan sampah sebelum kembali ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sampah itu adalah sumber daya atau bahan baku untuk industri lanjutan.

4. Sempat ada penolakan saat berikan sosialisasi akan pentingnya keberadaan bank sampah

IDN Times/Dhana Kencana

Pada 2012, Arma bersama timnya memberi edukasi kepada masyarakat. Sempat ada penolakan. Namun, berkat sosialisasi akan pentingnya keberadaan bank sampah, Arma kini diterima di masyarakat.

"Alhamdulillah kelompok peminatnya sudah 214 kelompok di dua Provinsi, Aceh dan Sumut dan anggota kita sudah lebih dari 13 ribu orang. Penghasilan dari program bank sampah pernah mencapai Rp1,8 miliar," ujarnya. 

5. Program bank sampah sudah semakin dikenal dan berkembang di masyarakat

IIustrasi sampah (ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi)

Arma bilang, berkat bantuan kerja sama atas program yang dibentuknya. Bank Sampah akhirnya bekerja sama dengan Pemerintah Kota Medan, pada 2018.

"Dibangunlah bank sampah induk pertama di Sicanang sekaligus pertama di kota Medan tepatnya di samping kantor Lurah Sicanang. Alhamdulillah hampir semua program bank sampah kini menyetor ketempat kita dan kemudian kita yang berurusan dengan industri daur ulang untuk memasarkannya," tutur Arma.

Saat ini, katanya, program bank sampah sudah semakin dikenal dan berkembang dalam skala masyarakat. Hal itu juga dilihat dari kemandirian masyarakat untuk berhubungan langsung dengan pabrik.

Baca Juga: Cerita Anita, Jadi Content Creator dan Bangun Bisnis Kecantikan 

Berita Terkini Lainnya