TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Cerita Randy, Jadi Creativepreneuer Antarkannya Jumpa Presiden

Profesinya membuat Randy lebih mudah bergaul antar etnis

Instagram.com/@raharja.randy

"Aku melihat bidang kreatif itu peluangnya besar sekali. Sampai hari ini, mau goal-nya sebagai pengusaha, kreator atau profesi lain pun, industri kreatif sudah menjadi bagian dari itu."

Itulah pemikiran Randy Raharja saat memulai percakapannya kepada IDN Times, Jumat (28/1/2022). Pria 31 tahun ini adalah seorang Creativepreneur asal Medan.

Lahir dari keluarga pengusaha tidak membuatnya memilih jalan yang sama. Ia malah terjun di bidang kreatif karena melihat peluang besar sekaligus mengembangkan potensinya.

Bidang kreatif sebenarnya industri bisnis yang sangat luas. Tapi pada aktivitasnya, mereka yang terlibat adalah orang bekerja merujuk pada tingkat kreativitasnya masing-masing.

Baca Juga: Mengenal Syah Afandin, Plt Bupati Langkat yang Gantikan Terbit Rencana

1. Buktikan dengan menjadi Creativepreneur bisa mengembangkan potensi diri

Instagram.com/@raharja.randy

Randy menceritakan, lahir dari keluarga Etnis Tionghoa tidak membuatnya ikut garis lurus keluarga menjadi pengusaha. Ia buktikan dengan menjadi creativepreneur bisa  mengembangkan potensi diri dan mendapatkan penghasilan yang memadai.

"Aku keturunan Tionghoa, kakek dan nenek keturunan Tionghoa dari Sibolga. Bisa dibilang mereka punya pengajaran dengan cara lama, very straight ke orangtua jadi pengusaha. Background keluarga di bidang kesehatan dan pendidikan," ucapnya.

"Tapi dari orangtua sudah ikut modernisasi yang terjadi, mereka sendiri cukup bisa memandang kesempatan yang ada," sambung pria kelahiran 1991 itu.

2. Sempat diragukan pada awal memulai jadi Creativepreneur

Instagram.com/@raharja.randy

Sebagai creativepreneur, ia sempat diragukan pada awal menjalani profesi di luar pekerjaan orang tuanya itu. Apalagi saat belum ada peluang penghasilan yang menjanjikan.

"Awalnya masih dianggap wasting time. Gak ada endorsement. Belum ada peluang dapat duit saat itu," kenangnya.

"Dari semua perjalanan itu, satu hal besar yang aku dapat adalah networking. Terjun di bidang ini, aku bisa ketemu menteri bahkan Presiden Indonesia, Joko Widodo," imbuhnya. 

3. Kerja di bidang kreatif membutuhkan konsistensi

Randy saat bertemu Presiden Jokowi (Dok.IDN Times/istimewa)

Namun, kerja di bidang kreatif membutuhkan konsistensi. Hal itulah yang diterapkan Randy. Bukan hal mudah, ia beberapa kali terlibat di berbagai bidang kreatif yakni digital industri, kreatif industri, hingga akhirnya terjun ke Industri F&B. 

Saat ini, ia dipercaya untuk mengembangkan salah satu Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) asal Kota Medan untuk mengembangkannya di Indonesia.

"Aku melihat industri kreatif ini sangat luar biasa. Bagaimana engagement kita kepada publik lewat sosial media. Gak hanya Instagram dan TikTok, banyak platform lain. Sekarang bagaimana mindset anak-anak muda menggunakannya,"ucapnya.

4. Lebih mudah bergaul dengan berbagai etnis dan agama

Instagram.com/@raharja.randy

Dikatakan Randy, terjun ke industri kreatif membuatnya lebih mudah bergaul dengan berbagai etnis dan agama. Kuncinya saling toleransi agar membuat setiap orang merasa nyaman satu sama lain.

"Aku senang banget berhubungan antar komunitas. Itu kenapa aku punya teman dari semua etnis, dan komunitas, aku punya sahabat," katanya.

Di industri kreatif, katanya, hal penting yang diperhatikan saat membangun networking adalah niat baik. Ia bahkan tidak membatasi dirinya untuk berkomunikasi antar etnis. "Karena gak peduli dia itu etnis apa, hal itu bukan batasan. Selagi dia punya niat baik akan berakhir baik dan sebaliknya," ucapnya.

5. Pada kenyataannya setiap orang memiliki sikap saling terbuka

Instagram.com/@raharja.randy

Meskipun demikian, Randy mengakui tantangan dalam pergaulan adalah saat mengenal budaya yang berbeda antar etnis. Namun pada kenyataannya, setiap orang memiliki sikap saling terbuka, baik dari komunitas, golongan dan etnis apa pun.

"Sekarang yang jadi masalah itu ketidakpahaman kita untuk mengerti bahwa mereka punya kebiasaan dan kultur yang ingin dimengerti. Itulah yang kita sebut toleransi. Aku mempelajari itu," katanya. 

Baca Juga: 5 Fakta Menarik Siu San Keng, Vihara Tertua di Kota Medan

Berita Terkini Lainnya