TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengenal Marsius Sitohang, Maestro Musik Seruling dari Tanah Batak

Marsius banyak menginspirasi dengan melestarikan seni budaya

Marsius Sitohang, seorang maestro musik seruling (TikTok @sitopaksada)

Medan, IDN Times - Marsius Sitohang, seorang maestro yang sudah mengukir jejak karyanya hingga menginspirasi orang-orang dengan melestarikan seni dan budaya lewat musik seruling.

Seperti yang diketahui bahwa, seruling atau suling adalah musik daerah yang terbuat dari bambu kemudian ditiup dan menjadi musik pelengkap. Di daerah Sumatera Utara, seruling ini menjadi salah satu musik pelengkap Goddang (besar) khas Batak Toba.

Berikut profil Marsius Sitohang, sang maestro dari Tano Batak yang dihimpun IDN Times. Yuk simak

1. Cinta seruling sejak kecil

Berbekal dari hobi mencintai seruling. Marsius Sihotang nekat untuk terus membuktikan kecintaannya lewat musik yang dapat membuka jalan melintasi segala keterbatasan.

Dia menjadi sosok yang menginspirasi. Sebab, meski dirinya lahir dalam keluarga ekonomi yang terbatas, dan hanya tamat dibangku Sekolah Dasar (SD). Hal ini menguatkan dirinya dan tak pernah surut untuk terus maju.

Seperti kata pepatah bahwa, buah tak jatuh dari pohonnya. Ayah Marsius merupakan seorang pemusik pesta daerah, memperkenalkan suling kepadanya. Saat menjaga ternak di ladang pada masa kecilnya, Marsius memainkan seruling dengan penuh semangat meskipun usianya sudah 70 tahun.

2. Bawa seruling sebagai identitas hingga menjadi dosen

Melalui perjalanan hidupnya, Marsius bergabung dengan grup musik Batak, dengan bangga membawa seruling sebagai identitas musiknya. Di tengah laju perkembangan musik modern, seni musik seruling Batak mulai meredup. Namun, Marsius tidak pernah menyerah pada hal ini.

Lewat penampilannya yang apik, untuk memperkenalkan dan mengajarkan alat musik ini diberbagai kalangan, termasuk generasi muda.

Dedikasi selama ini dilakukannya, mengantarkan ke jenjang tenaga pendidikan yakni, seorang dosen luar biasa etnomusikologi di Universitas Sumatra Utara (USU). Tak hanya itu, dia juga mengajar musik daerah dan seruling pada anak-anak penyandang tunanetra di Yayasan Pendidikan Tunanetra (Yapentra).

Berita Terkini Lainnya