TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kisah Hendrik si Jenderal Buah di Binjai yang Rajin Sedekah 

Kini punya 3 kios dan satu mobil

Hendrik si Jenderal Buah asal Kota Binjai saat menjajakan dagangannya (IDN Times/ Bambang Suhandoko)

Binjai, IDN Times - Tidak mudah untuk menggapai sebuah kesuksesan. Tentu saja halang rintang yang harus dihadapi dalam menaiki tangga menuju sukses. Bersyukur dan selalu bersedekah penting. Itulah trik yang dilakukan Hendrik Kompress (32) dalam meniti sebuah usaha sebagai pedagang buah.

"Jika ingin sukses, jangan takut bersedekah atau berbagi dan selalu bersyukur berapapun yang didapat," kata Hendrik yang menetap di Kampung Kloneng, Kelurahan Tanah Seribu, Emplasemen Kwala Mencirim, Kecamatan Binjai Timur, Kota Binjai, Sumatera Utara.

Baca Juga: Cerita Nikita Juarai The Voice Kids 4 hingga Niat Bangun Masjid

1. Sukses itu saat kita bersyukur dan dapat berbagi dengan apa yang didapat

Salah satu kios milik Hendrik, si Jenderal buah asal Kota Binjai (IDN Times/ Bambang Suhandoko)

Meski hanya seorang pedagang buah, ia memiliki penghasilan terbilang lumayan di masa pandemik COVID-19 ini. Diakui dia, hidupnya bisa dibilang sukses. Sejauh ini dirinya bisa membantu sesama dengan mempekerjakan orang di kios miliknya. Apa lagi, di masa perekonomian yang sulit karena pandemik COVID-19. Masih banyak orang-orang yang kehidupannya di bawah rata-rata.

"Alhamdulillah bang. Dengan usaha yang saya rintis beberapa tahun lalu. Untuk saat ini, aku sudah memiliki tiga kios dan sebuah mobil. Meski hanya mobil pick up, menurutku hidupku sudah sukses dan semua kusyukuri. Karena sukses itu kita rasakan saat kita bersyukur dan berbagi dengan apapun yang kita dapat," jelas pria ini tersenyum.

2. Kerap berhenti di jalan dan memberikan buah kepada yang membutuhkan

Hendrik si Jenderal Buah asal Kota Binjai saat menjajakan dagangannya (IDN Times/ Bambang Suhandoko)

Diakui pria berkulit sawo matang ini, awal merintis usaha berjualan buah, dirinya tidak memiliki apapun. Bahkan, kendaraan pun tidak dimiliki. Dia hanya memiliki sedikit uang untuk modal mengambil buah ke petani dengan menggunakan becak mesin yang disewa.

"Pertama-tama kali jualan beberapa tahun lalu, aku tidak memiliki apa-apa, hanya bisa menyewa becak. Becak kusewa dari pukul 12.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB. Aku berusaha memanfaatkan waktu yang ada untuk mencari buah yang bermutu dan segar," terang dia.

Dia lalu menjajakan buah di rumahnya. Tak jarang saat menjajahkan buah atau saat dalam perjalanan pulang membawa buah, ada saja orang yang meminta buah kepada dirinya.

"Asal ada yang minta, aku kasih saja dan aku tak pernah berpikir untung atau rugi. Pokoknya ada yang minta dan menginginkan buah yang kubawa dan tidak memiliki uang, aku kasih. Bahkan ada yang utang juga," ungkap dia kembali tersenyum.

Baca Juga: Cerita Ramadan dari Bukittinggi, Wali Kota: Ada yang Beda Sekarang

Berita Terkini Lainnya