ilustrasi adaptasi (unsplash.com/Scott Graham)
Konsep “Law of Attraction” atau hukum tarik-menarik sering dikaitkan dengan energi dan keselarasan kosmik, tetapi belum ada bukti ilmiah yang mendukungnya. Para ahli menilai teori ini lebih dekat pada pseudoscience. Bahayanya, terlalu percaya pada manifestasi bisa membuat kita mengabaikan faktor eksternal yang nyata, seperti kondisi ekonomi, kesempatan kerja, atau dukungan sosial.
Lebih buruk lagi, ada risiko menyalahkan diri sendiri jika hal yang diinginkan tidak terjadi, padahal bisa jadi hambatannya berasal dari hal di luar kendali kita. Jika terus memaksakan diri dan mengabaikan realita, mental bisa drop, muncul rasa kecewa, cemas, bahkan putus asa. Manifestasi akan lebih sehat jika dipadukan dengan penerimaan terhadap situasi yang ada dan tetap fleksibel menghadapi perubahan.
Manifestasi bisa jadi alat yang bermanfaat untuk mengasah fokus dan menumbuhkan keyakinan diri, asal tidak dilihat sebagai jalan pintas yang ajaib. Teknik ini dapat membantu mengarahkan pikiran, membuka kesadaran terhadap peluang, dan menyalakan motivasi. Tapi jangan lupakan kenyataan, yaitu tindakan nyata, strategi yang jelas, dan kesiapan menghadapi rintangan adalah kunci utama. Jika tujuanmu selaras dengan nilai hidupmu dan kamu berani mengambil langkah yang tepat, itulah manifestasi yang benar-benar bekerja.