Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi orang marah (pexels.com/Engin Akyurt)
ilustrasi orang marah (pexels.com/Engin Akyurt)

Anak muda, dengan segala dinamika dan perubahan yang mereka alami, seringkali dianggap sebagai generasi yang mudah marah. Stigma ini tentu tidak muncul tanpa alasan. Ada banyak faktor yang berkontribusi pada kecenderungan emosional ini.

Mari kita telusuri empat alasan utama mengapa anak muda seringkali menunjukkan reaksi marah yang intens. Coba disimak, ya!

1. Perubahan hormonal

ilustrasi orang marah (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Masa remaja adalah periode perubahan hormonal yang signifikan. Fluktuasi hormon, seperti testosteron dan estrogen, dapat memengaruhi suasana hati dan tingkat emosional. Selain itu, otak anak muda masih dalam tahap perkembangan, terutama bagian yang mengatur emosi dan pengambilan keputusan (korteks prefrontal).

Hal ini membuat mereka lebih rentan terhadap reaksi impulsif dan kesulitan mengendalikan emosi. Maka tidak heran jika reaksi mereka saat marah sangatlah intens. 

2. Tekanan media sosial

ilustrasi media sosial (pexels.com/Pixabay)

Anak muda seringkali menghadapi tekanan yang besar dari lingkungan sekitar. Tekanan untuk berprestasi di sekolah, diterima oleh teman sebaya, dan memenuhi ekspektasi orang tua dapat menjadi sumber stres yang signifikan.

Media sosial juga berperan dalam menciptakan tekanan sosial, dengan standar kecantikan dan kesuksesan yang seringkali tidak realistis. Beban ini dapat memicu frustrasi dan kemarahan.

3. Kurang terampil mengelola emosi

ilustrasi anak yang tampak marah (pexels.com/RDNE Stock project)

Tidak semua anak muda memiliki keterampilan yang memadai untuk mengelola emosi mereka. Kurangnya pemahaman tentang emosi, kesulitan mengidentifikasi pemicu kemarahan, dan kurangnya strategi koping yang sehat dapat menyebabkan mereka meluapkan emosi dengan cara yang tidak tepat.

Dalam beberapa kasus, kemarahan mungkin menjadi cara untuk mengekspresikan perasaan lain yang lebih mendalam, seperti kesedihan, kekecewaan, atau ketakutan.

4. Pengaruh lingkungan

ilustrasi berdiskusi dengan teman (pexels.com/Juan Cordero)

Lingkungan tempat anak muda tumbuh dan pengalaman hidup mereka juga dapat memengaruhi tingkat kemarahan mereka. Anak muda yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh kekerasan, konflik, atau kurangnya dukungan emosional lebih mungkin mengembangkan pola kemarahan yang tidak sehat.

Trauma masa kecil, seperti pelecehan atau penelantaran, juga dapat meninggalkan bekas luka emosional yang memicu kemarahan di kemudian hari.

Penting bagi orang dewasa di sekitar anak muda untuk memahami alasan di balik kemarahan mereka. Dengan empati dan dukungan, kita dapat membantu mereka mengembangkan keterampilan regulasi emosi yang lebih baik.

Dengan pemahaman dan dukungan yang tepat, kita dapat membantu anak muda mengatasi kemarahan mereka dan mengembangkan kesehatan emosional yang lebih baik.

Editorial Team

Editorlotus n