Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Waspada! Ini 5 Ciri Orangtua Toxic yang Bikin Anak Tertekan

meta.ai
meta.ai

Toxic parents bukanlah istilah asing bagi sebagian orang. Namun sayangnya, banyak orangtua yang masih belum menyadari bahwa pola asuh yang mereka terapkan bisa jadi termasuk dalam kategori toksik. Padahal, dampak dari toxic parenting dapat mengganggu tumbuh kembang anak, baik secara mental maupun fisik.

Meskipun setiap orangtua menginginkan yang terbaik bagi anaknya, tidak jarang niat baik ini justru berubah menjadi tekanan yang membebani anak. Tanpa disadari, sikap seperti terlalu mengatur, menuntut berlebihan, atau bahkan menyalahkan anak, justru meninggalkan luka emosional yang dalam.

Yuk, kenali ciri-ciri toxic parents agar kita semua bisa terhindar dari siklus pola asuh yang merusak generasi.

1. Melakukan kekerasan hingga terlalu strict

ilustrasi kekerasan terhadap anak. (IDN Times/Mardya Shakti)
ilustrasi kekerasan terhadap anak. (IDN Times/Mardya Shakti)

Tanda paling serius dari toxic parenting adalah kekerasan—baik secara fisik maupun verbal. Kekerasan fisik seperti memukul atau menendang, serta kekerasan verbal seperti menghina dan mengancam, dapat meninggalkan luka psikologis mendalam pada anak.

Anak yang mengalami kekerasan ini berisiko tinggi mengalami depresi, gangguan kecemasan, bahkan trauma jangka panjang. Sayangnya, masih banyak yang menganggap ini sebagai bentuk “pendisiplinan.”

Orangtua yang sangat kaku, menuntut, dan tidak memberi ruang diskusi juga termasuk dalam pola toxic parenting. Anak jadi merasa dikontrol penuh, tidak punya otonomi dalam hidupnya sendiri.

Akibatnya, anak sulit mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan mengambil keputusan. Dalam jangka panjang, ini bisa menghambat kemandirian emosionalnya.

2. Sering menyalahkan anak atas segala hal

Ilustrasi orang tua memarahi anak (freepik.com/freepik)
Ilustrasi orang tua memarahi anak (freepik.com/freepik)

Anak tidak selalu menjadi penyebab masalah dalam keluarga. Namun, toxic parents cenderung menempatkan anak sebagai pihak yang salah, entah karena nilai sekolah yang kurang memuaskan atau konflik antar saudara.

Perilaku ini dapat menumbuhkan rasa takut yang berlebihan, bahkan menghambat anak dalam mengekspresikan pendapatnya. Anak pun tumbuh dengan rasa bersalah yang konstan.

3. Terlalu mengontrol dan membatasi anak

Ilustrasi ibu memarahi anak (freepik.com/freepik)
Ilustrasi ibu memarahi anak (freepik.com/freepik)

Meskipun rasa khawatir terhadap anak adalah hal yang wajar, orangtua yang toxic seringkali bersikap terlalu mengekang. Mereka membatasi kebebasan anak, bahkan sampai mencampuri keputusan pribadi, seperti pertemanan atau pilihan karier.

Anak yang hidup dalam tekanan semacam ini biasanya tidak merasa memiliki ruang untuk tumbuh, dan mudah mengalami stres atau tekanan mental.

4. Tidak menetapkan batasan yang jelas

ilustrasi orangtua memarahi anak (pexels.com/Monstera Production)
ilustrasi orangtua memarahi anak (pexels.com/Monstera Production)

Di sisi lain, pola asuh yang terlalu permisif juga bisa menjadi racun dalam pengasuhan. Memberikan kebebasan tanpa aturan hanya akan membuat anak bingung membedakan mana yang boleh dan mana yang tidak.

Anak pun berpotensi tumbuh menjadi pribadi yang kurang disiplin, sulit menghargai batasan, dan mengabaikan tanggung jawab.

5. Mengabaikan kebutuhan emosional anak

ilustrasi ibu memarahi anak (pexels.com/Karolina Grabowska)
ilustrasi ibu memarahi anak (pexels.com/Karolina Grabowska)

Toxic parents juga bisa muncul dalam bentuk ketidakpedulian. Mereka terlalu sibuk dengan urusannya sendiri, sehingga tak memberi perhatian yang cukup pada anak.

Padahal, anak sangat membutuhkan kehadiran dan validasi dari orangtuanya. Jika merasa diabaikan, anak bisa tumbuh dengan rasa kurang percaya diri dan kesulitan menjalin hubungan yang sehat di masa depan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Arifin Al Alamudi
EditorArifin Al Alamudi
Follow Us