Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi makan bersama (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi makan bersama (pexels.com/cottonbro studio)

Intinya sih...

  • Tanda hubungan harmonis dengan keluarga

  • Menu lekat di lidah sejak kecil

  • Bisa sambil bercerita bahkan bercanda

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Setelah sekian lama kamu merantau atau biasa jajan di luar, sepakat gak kalau makan ternikmat malah di rumah saja bareng keluarga? Walau menu yang disajikan di rumah tidak semewah di restoran tetap selalu bikin kangen. Variasi hidangannya sedikit.

Mungkin tempe atau tahu dengan olahan sayur dan sambal. Bahkan hanya nasi goreng tanpa tambahan ayam, seafood, bakso, atau sosis. Cuma nasi yang digoreng dengan bumbu, irisan telur dadar, plus kerupuk.

Begitu saja sudah enak sekali saat disantap ramai-ramai dengan orangtua, saudara, atau pasangan dan anak. Apa sih, rahasianya? Soal jenis makanan boleh jadi malah nomor sekian. Ada alasan lain sajian sederhana terasa istimewa di tengah keluarga.

1. Tanda hubungan kalian harmonis

ilustrasi makan bersama (pexels.com/cottonbro studio)

Bila sampai kamu sebesar sekarang masih sering makan bersama keluarga, artinya hubungan kalian baik. Padahal, tak sedikit keluarga yang seiring pertambahan usia anggotanya malah makin renggang. Baik anak dengan orangtua, sesama anak, apalagi hubungan dengan saudara ipar.

Jika keluargamu tidak harmonis, duduk bareng buat mengobrol saja rasanya enggan. Semua berusaha saling menghindar. Apalagi makan bersama pasti terasa sukar menelan. Keharmonisan keluargamu meniadakan hambatan psikis seperti di atas.

Malah apa pun yang tersaji dengan begitu mudah dikunyah dan ditelan. Tidak terasa, setiap orang makan lebib lahap sekalipun menunya itu-itu saja. Bahannya sederhana, cara memasaknya semua orang bisa, rasanya juga ringan di lidah. Kalian sudah bahagia sejak awal. Makan bareng menambah kebahagiaan itu.

2. Menunya lekat di lidah sejak kecil

ilustrasi masakan rumahan (pexels.com/Summer Stock)

Masakan di rumah biasanya gak banyak berubah dari masa ke masa. Apalagi selama orangtua masih ada. Ketika kamu pulang kampung, pasti hidangan-hidangan lama kembali tersaji untukmu. Menu yang boleh jadi sukar ditemukan di tempatmu merantau.

Seperti tumis genjer, pecel daun kenikir serta kembang turi, dan sebagainya. Sekalipun menunya sederhana sekali, rasa yang sudah melekat di lidah membuatnya selalu spesial. Sebelum mencicipinya pun kamu telah yakin akan rasanya yang pasti enak.

Berbeda dengan ketika dirimu mencoba-coba berbagai menu yang dijual di luar. Rasa yang asing membuatmu seperti meraba-raba di kegelapan. Apa rasa yang dominan dalam masakan tersebut? Kenapa seperti ada rasa yang tak seimbang? Sepanjang makan, dirimu malah sibuk berpikir sehingga kurang menikmatinya.

3. Bisa sambil saling bercerita bahkan bercanda

ilustrasi keluarga (pexels.com/Annushka Ahuja)

Tentu meja makan bukan tempat yang tepat untuk kalian terbahak-bahak. Nanti malah kalian tersedak. Akan tetapi, canda ringan biasanya tetap mewarnai acara makan bersama keluarga. Ini bikin kalian lebih rileks serta menikmati momen.

Obrolan tentang berbagai hal juga mengalir begitu saja. Masing-masing menceritakan harinya bahkan tanpa terlebih dahulu ditanya. Bahkan percakapan melompat-lompat acak antara berita terkini, tempat tadi orangtua belanja sayur, dan sebagainya.

Kegiatan makan bersama akhirnya bukan sekadar untuk mengejar kenyang. Namun, juga membangun keterbukaan dan memperkuat rasa kekeluargaan. Percakapan di meja makan, tikar, atau karpet sembari mengelilingi beberapa wadah menu bikin kebersamaan lebih bermakna.

4. Gak terganggu keberadaan orang asing

ilustrasi makan bersama (pexels.com/Meruyert Gonullu)

Bukannya kalian keluarga yang antisosial. Akan tetapi, keberadaan orang asing memang dapat mengurangi perhatian kalian. Saat kalian di rumah makan, misalnya. Adanya pelayan dan pengunjung yang berjalan ke sana kemari membuat percakapan kurang leluasa.

Takut orang yang mendengar merasa terganggu. Bahkan gerakan dan suara mereka saja sebentar-sebentar telah memecah fokus kalian. Tak jarang kalian mesti mengulang kalimat sebab tadi lawan bicara kurang mendengar.

Di rumah, suasananya cocok buat membangun keintiman. Gangguan dapat sangat diminimalkan. Televisi bisa dimatikan. Kalian menjadi fokus sepenuhnya untuk makan dan bercakap-cakap. Inilah yang disebut sebagai waktu berkualitas bersama keluarga.

5. Tahu ini tak terjadi di setiap rumah

ilustrasi berfoto di meja makan (pexels.com/Kampus Production)

Dahulu barangkali dirimu berpikir semua orang pasti bersantap bersama keluarganya di rumah. Kalaupun gak bisa tiga kali sehari, mungkin dua kali. Yaitu, saat sarapan sebelum masing-masing beraktivitas dan malam harinya.

Akan tetapi, seiring bertambahnya usia kamu tahu bahwa tidak setiap temanmu biasa makan bareng keluarga. Ada kawan yang orangtuanya sangat sibuk di luar rumah. Sampai mereka bertemu saja jarang apalagi makan bareng di rumah.

Ada juga teman yang keluarganya gak akur atau orangtua telah berpulang. Ia dan saudara-saudaranya makan sendiri-sendiri di luar. Kenikmatanmu bersantap bareng di rumah bertambah oleh rasa syukur atas keadaan keluarga. Ternyata, privilese bermacam-macam bentuknya. Salah satunya, keluarga yang masih dapat makan bersama.

Rasa nikmat makan bersama keluarga sulit tergantikan. Bahkan mungkin sampai kelak kamu bisa bersantap di berbagai restoran dalam dan luar negeri, makan di rumah bareng mereka tetap terlezat. Jika dirimu merantau serta rindu rumah, segera jadwalkan kepulanganmu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team