Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi ibu memarahi anak (freepik.com/freepik)
Ilustrasi ibu memarahi anak (freepik.com/freepik)

Pernah gak sih kamu nemu orang dewasa yang secara umur udah cukup matang, tapi sikapnya masih kayak anak-anak banget? Entah itu gampang ngambek, susah ambil keputusan, atau malah pengen terus diperhatikan 24/7 kayak bayi baru lahir. Eh, jangan buru-buru nge-judge dulu ya! Bisa jadi, semua itu berakar dari cara mereka diasuh waktu kecil.

Yap, pola asuh masa kecil itu punya pengaruh super gede ke cara kita bersikap saat dewasa. Bahkan tanpa sadar, cara orang tua memperlakukan kita dulu bisa banget bikin kita susah berkembang secara emosional.

Nah, biar makin paham, yuk kita bahas bareng-bareng 5 pola asuh masa kecil yang ternyata bisa bikin seseorang tumbuh jadi dewasa yang kekanak-kanakan banget!

1. Terlalu dimanja, segalanya diturutin

Ilustrasi ibu membeli boneka untuk anak (freepik.com/drobotdean)

Waktu kecil mungkin kamu ngerasa jadi the king atau the queen di rumah, apa pun yang kamu minta pasti dikasih. Gak boleh nangis sedikit, langsung dibelikan mainan baru. Lapar dikit, langsung dibikinin makanan favorit. Sekilas terlihat menyenangkan, tapi kalau terlalu sering? Bisa-bisa bikin kamu terbiasa mendapatkan semuanya dengan instan, tanpa usaha.

Saat udah dewasa, pola ini sering bikin seseorang jadi sulit menghadapi kenyataan hidup. Mereka jadi gak tahan kalau harus bersabar atau berjuang buat dapetin sesuatu. Padahal, dunia nyata itu penuh dengan penolakan, tantangan, dan proses. Kalau dari kecil selalu diturutin, gak heran kalau saat dewasa jadi gampang ngambek atau frustasi kalau segala sesuatunya gak berjalan sesuai keinginan.

2. Dilarang gagal, harus sempurna terus

Ilustrasi anak stres belajar (freepik.com/freepik)

Beberapa anak tumbuh dalam keluarga yang selalu nuntut kesempurnaan. Nilai harus 100, harus juara, gak boleh salah, dan kalau gagal, langsung dimarahi. Wah, tekanan banget gak sih? Akibatnya, anak jadi takut buat ambil risiko, takut salah, dan gak punya ruang buat belajar dari kegagalan.

Ketika dewasa, mereka bisa tumbuh jadi pribadi yang overthinking parah dan terlalu keras sama diri sendiri. Bahkan, gak sedikit yang jadi people pleaser karena kebiasaan pengen selalu terlihat sempurna di mata orang lain. Alih-alih jadi dewasa yang kuat, mereka justru bisa jadi rapuh dan sulit banget buat percaya diri karena selalu takut gak cukup baik.

3. Gak pernah dikasih ruang bicara

Ilustrasi ayah memarahi anak (freepik.com/freepik)

Coba ingat-ingat, dulu pas kecil kamu pernah gak sih pengen ngomong tapi selalu dipotong? Atau malah disuruh diam karena “anak kecil gak usah ikut campur urusan orang dewasa”? Nah, ini salah satu pola asuh yang diam-diam bisa bikin dampak gede ke kepribadian saat dewasa.

Orang yang tumbuh dalam pola asuh seperti ini seringkali jadi pribadi yang susah mengungkapkan pendapat atau bahkan gak percaya kalau suara mereka penting. Akhirnya, saat dewasa, mereka bisa jadi pribadi yang pasif, gak bisa ambil keputusan, atau selalu nunggu disetir orang lain. Bukan karena bodoh, tapi karena dari kecil udah dibiasakan untuk diam.

4. Overprotektif, semua harus diatur orang tua

Ilustrasi anak dimarahi orangtua (pexels.com/Monstera Production)

Pola asuh yang satu ini sering kelihatan manis di luar, tapi ternyata bisa “membunuh” kemandirian anak secara perlahan. Anak gak boleh main jauh, semua keputusan diambilin orang tua, bahkan hal kecil kayak milih baju pun gak dikasih kebebasan. Tujuannya sih biar anak aman, tapi efeknya? Anak jadi gak terbiasa mandiri.

Ketika mereka tumbuh dewasa, mereka bisa jadi sangat bergantung sama orang lain. Gak percaya diri, susah ambil inisiatif, bahkan bisa kesulitan ngurus dirinya sendiri. Mereka cenderung cari “orang tua baru” dalam bentuk pasangan, teman, atau bos. Gak heran kalau mereka terlihat kekanak-kanakan, karena sebenarnya belum benar-benar belajar jadi individu yang berdiri sendiri.

5. Emosi anak gak pernah diakui

Ilustrasi orangtua memarahi anak (freepik.com/freepik)

Kalau dulu kamu sering denger kalimat kayak, “Udahlah, jangan lebay”, atau “Nangis mulu sih, lemah banget”, berarti kamu pernah mengalami pola asuh yang menyepelekan emosi. Ini berbahaya banget, karena anak bisa tumbuh dengan perasaan bahwa emosi mereka itu gak penting atau gak valid.

Dampaknya saat dewasa? Mereka bisa kesulitan memahami dan mengekspresikan emosi sendiri. Bisa jadi mereka suka meledak-ledak karena gak terbiasa mengelola emosi sejak kecil, atau justru sebaliknya: jadi sangat tertutup dan dingin. Dalam hubungan, ini bisa bikin masalah, karena mereka gak tahu cara sehat buat menyampaikan perasaan. Akhirnya, mereka malah bersikap kekanak-kanakan karena gak tahu cara dewasa dalam mengelola konflik.

Setiap orang punya masa lalu, dan gak semua pola asuh yang kita terima ideal. Tapi kabar baiknya, kita selalu bisa belajar dan berkembang. Kalau kamu ngerasa salah satu (atau semua) pola di atas pernah kamu alami, jangan panik. Bukan akhir dunia kok!

Justru dengan sadar akan hal ini, kamu bisa mulai belajar jadi versi terbaik dirimu. Jadi dewasa itu bukan soal usia, tapi soal bagaimana kita memahami diri sendiri dan terus bertumbuh. Yuk, jadi dewasa yang sehat, tanpa harus kehilangan sisi menyenangkan dalam diri kita!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team