Bagi banyak orang, menjadi anak kedua dalam keluarga sering kali dianggap sebagai posisi yang unik, bahkan penuh dinamika. Anak kedua sering dijuluki sebagai anak tengah yang berada di antara kakak yang lebih dewasa dan adik yang dianggap lebih muda atau membutuhkan perhatian khusus. Posisi ini tidak jarang menempatkan anak kedua dalam situasi yang cukup kompleks.
Walaupun tidak semua pengalaman anak kedua sama, banyak yang merasakan bahwa peran mereka sering kali luput dari perhatian, bahkan dalam keluarga sendiri. Fenomena ini sering disebut dengan istilah middle child syndrome.
Artikel ini akan membahas empat tantangan utama yang sering dihadapi oleh anak kedua, sekaligus memberikan gambaran mengapa posisi ini penuh warna tetapi juga menantang.