tapir sumatera (unsplash.com/jeffreyhamilton)
Tapir merupakan satwa yang aktif pada malam hari. Di siang hari tapir menghabiskan waktunya untuk tidur. Mereka mengandalkan indera penciuman dan pendengaran dibanding penglihatan.
Paparan cahaya akan membuat korneanya berkabut. Itu sebabnya dia menghindari aktivitas pada siang hari.
Keunikan lainnya dari tapir adalah hidungnya yang panjang yang membuat tapir tampak lucu. Hidungnya itu juga digunakan untuk menarik batang atau daun. Selain itu, hidungnya juga berguna saat tapir berenang di sungai atau rawa sebagai snorkel. Bersembunyi di kedalaman air menjadi cara untuk menyelamatkan diri dari hewan pemangsa.
Tapir menghabiskan sebagian besar waktunya untuk makan. Wilayah jelajahnya luas dan akan kembali ke lokasi yang sama setelah 90 hingga 100 hari.
Tapir memakan daun muda, buah-buahan, ranting yang masih lunak, juga rumput. Sebuah literatur menyebut tapir setidaknya makan 380 spesies tumbuhan.
Tapir merupakan satwa yang cenderung menghindar dari manusia. Namun, degradasi habitat membuatnya semakin mendekat dengan kawasan yang dihuni manusia.
Penelitian yang dilakukan Wanda Kuswanda dan kawan-kawan di Taman Nasional Batang Gadis, Sumatera, menyebutkan tapir memasuki area manusia untuk mencari rayap, semut, dan tanah asin. Masyarakat setempat mengatakan makanan favorit tapir adalah labu kuning, kacang pahit, asam sungai, dan nangka. Suku Mandailing yang tinggal di sekitar kawasan taman nasional memanggil tapir sebagai sipan.
Peneliti BRIN itu menyarankan, meningkatkan tanaman yang disukai tapir di jalur tapir bisa mengurangi potensi interaksi negatif antara tapir dan manusia. Selain tentu saja konflik bisa ditekan dengan cara mencegah pembalakan liar, perambahan lahan, dan mengembangkan model pengelolaan hidup berdampingan antara manusia dan tapir.