Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Iskandar Muda sudah memimpin pasukan Aceh memukul mundur pasukan Portugis yang mencoba mendarat di pantai Aceh (Dok. Universitas Abulyatama Aceh)

Medan, IDN Times - Nama Sultan Iskandar Muda akan selalu dikenang, terutama masyarakat Aceh. Dia adalah salah satu pahlawan yang berjuang merebut kemerdekaan dari Aceh. Namanya diabadikan di Bandara Kota Banda Aceh. 

Lahir di Banda Aceh tahun 1593, Sultan Iskandar Muda masih merupakan garis keturunan laki-laki dari pendiri Kesultanan Aceh Darussalam, yaitu Sultan Ali Mughayat Syah sekaligus keturunan laki-laki terakhir dari Dinasti Meukuta Alam yang bertakhta sebagai Sultan Aceh.

Aceh mencapai kejayaannya pada masa kepemimpinan Iskandar Muda, di mana daerah kekuasaannya yang semakin besar dan reputasi internasional sebagai pusat dari perdagangan dan pembelajaran tentang Islam.

Iskandar Muda sudah memimpin pasukan Aceh, memukul mundur pasukan Portugis yang mencoba mendarat di pantai Aceh.

Kedatangan Portugis bermaksud untuk mengambil alih dan memonopoli perdagangan lada di Aceh. Setahun kemudian, Iskandar Muda dinobatkan sebagai Sultan Aceh.

Dirinya menggantikan pendahulunya Sultan Ali Riayat Syah yang berkuasa dari tahun 1604-1607.

Sultan Iskandar Muda memiliki kaitan dengan Medan karena berhasil menaklukkan Deli (Medan) pada abad ke-17. Hubungan antara kedua kota ini diibaratkan seperti hubungan ayah dan anak

1. Iskandar muda sejak kecil dibekali pengetahuan agama dan kepemimpinan

Iskandar Muda sudah memimpin pasukan Aceh memukul mundur pasukan Portugis yang mencoba mendarat di pantai Aceh (Dok. Universitas Abulyatama Aceh)

Sejak kecil orangtua Iskandar Muda sudah mendidiknya dengan pengetahuan agama dan kepemimpinan. Karena, dia yang akan mewarisi tahta dari sang ayah.

Sultan Iskandar Muda memulai pemerintahannya pada 1607. Dirinya segera melakukan serangkaian tindakan angkatan laut yang memenangkan kendali atas bagian barat laut kepulauan Indonesia.

Di bawah kepemimpinannya, Kerajaan Aceh mengalami masa jaya karena Sultan Iskandar Muda melakukan ekspedisi penaklukan ke daerah sekitarnya.

Pada 1612, Deli ditaklukan kemudian menyusul Johor pada 1613. Setahun kemudian Bintan, selanjutnya dia berhasil mengalahkan Pahang di 1618, Kedah di tahun 1619, dan Nias pada 1624-1625.

Wilayah kerajaannya meliputi sebagian besar pantai barat dan pantai timur Sumatera. Kutaraja yang sekarang menjadi Banda Aceh , merupakan bandar transito yang dapat menghubungkan perdagangan ke dunia barat.

2. Aceh merupakan pusat perdagangan lada terbesar di dunia

Iskandar Muda sudah memimpin pasukan Aceh memukul mundur pasukan Portugis yang mencoba mendarat di pantai Aceh (Dok. Universitas Abulyatama Aceh)

Kutaraja menjadi tempat berlabuhnya kapal-kapal asing dari mancanegara untuk membeli lada. Pada abad ke 17, Aceh merupakan pusat perdagangan lada terbesar di dunia.

Untuk mengusir Portugis dari Malaka, Sultan Iskandar Muda memperkuat angkatan perang Aceh, terutama angkatan laut. Dirinya membangun angkatan perang dengan jalan mempersiapkan anggota-anggota tentara yang sudah dilatih sejak muda.

Musuh utama yang dihadapi Sultan Iskandar Muda adalah bangsa Portugis sejak 1511 sudah menguasai Malaka.

Keberadaan Portugis menjadi ancaman Aceh. Sebaliknya, Portugis juga menganggap Aceh sebagai ancaman terhadap monopoli perdagangannya.

Untuk itu, keduanya sering terjadi bentrokan bersenjata. Kapal Portugis yang berlayar di Selat Malaka sering diserang oleh armada Aceh.

3. Sultan Iskandar Muda tidak pernah bertoleransi untuk menjalin hubungan dengan Portugis

Iskandar Muda sudah memimpin pasukan Aceh memukul mundur pasukan Portugis yang mencoba mendarat di pantai Aceh (Dok. Universitas Abulyatama Aceh)

Sejak awal pemerintahannya, Sultan Iskandar Muda memilih politik konfrontasi terhadap Portugis.

Dirinya tidak pernah memberikan toleransi kepada kerajaan yang menjalin hubungan dengan Portugis, seperti Kerajaan Johor. Berbagai peraturan dibuat Sultan Iskandar Muda dan harus ditaati oleh semua bangsa yang masuk ke Aceh.

Dengan angkatan perang yang dimiliki, Sultan Iskandar Muda tidak segan untuk menumpas kekuatan asing yang ingin merebut wilayahnya. Serangan kepada Portugis Serangan Aceh terhadap Portugis yang berada di Malaka dilakukan dari 1615 hingga 1629. Serangan pertama pada 1615 mengalami kegagalan, namun Sultan Iskandar Muda tidak pantang menyerah.

Serangan kedua kembali dilancarkan pada 1629 dan dilakukan secara besar-besaran. Pasukan Portugis terkepung dan terancam, mereka hampir saja menyerah.

Namun Portugis mendapat bantuan dari Johor, Pahang, Patani, Goa, dan India yang pernah ditaklukkan Aceh. Sehingga serangan pasukan Sultan Iskandar Muda terpatahkan. Setelah mengalami kegagalan kedua, Sultan Iskandar Muda lebih fokus pada masalah-masalah dalam negeri. Dalam bidang pemerintahan, Sultan menata wilayahnya dengan membagi kerajaan berdasarkan bidang masing-masing.

Sistem pemerintahan disempurnakan dan pendidikan agama menjadi prioritas di Aceh. Dalam hal perekonomian rakyat, Sultan Iskandar Muda membuat peraturan untuk menjamin kesejahteraan rakyat. Disusun seperti dalam bidang perdagangan, perindustrian, pertambangan, pelayaran, pertanian, dan perikanan.

Negara yang boleh masuk ke wilayah kekuasaan Aceh hanya Inggris dan Belanda, dengan jangka waktu tertentu dan tunduk kepada peraturan yang berlaku di Aceh. Selat Malaka yang dikuasai Aceh menjadi jalan dagang internasional. Barang-barang ekspor Aceh adalah beras, lada, timah, emas, perak, dan rempah-rempah.

Sedangkan barang impor meliputi kain dari Koromandel (India), porselin dan sutera dari Jepang serta China, dan minyak wangi dari Eropa. Banyak kapal Aceh yang juga terlibat perdagangan dan pelayaran hingga Laut Merah.

Dalam kisahnya, Sultan Iskandar Muda berhasil membawa Aceh ke puncak kejayaan dan menjadi salah satu pemimpin yang mementingkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. Pada 27 September 1636, Sultan Iskandar Muda meninggal dunia di usia 43 tahun.

Atas jasanya kepada negara, Sultan Iskandar Muda dianugerahi gelar Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden RI No.077/TK/Tahun 1993.

Di Kota Medan, nama Sultan Iskandar Muda menjadi salah satu jalan besar. Kemudian juga ada Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda.

Editorial Team