Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Gerbang Kerkhof Peutjut, makam peninggalan Belanda di Banda Aceh, Aceh (IDN Times/Muhammad Saifullah)

Banda Aceh, IDN Times - Sebuah gapura beton beratap segitiga tegak berdiri. Bentuknya menjorok ke dalam membentuk terowongan dengan dinding melebar di samping kiri dan kanannya.

Tepat di tengah-tengah gapura, di bagian atas terdapat lambang bintang dengan disertai tulisan berbahasa Belanda, "Aan Onze Kameraden Gevallen Op Det Veld Van Eer".

Selain itu, di dinding tersebut dipatri beberapa tahun, nama kota di Aceh, dan juga dipenuhi sejumlah nama-nama. Misalnya, tertulis Massigit Raija 1873-1874, dengan nama J Van Franken, C Fuchs, S M Abrahams, G Van Surken, dan banyak lagi.

Bahkan, ada pula beberapa nama Indonesia, seperti Wongsosetiko, Wongsodikromo, Wongsowidjojo, Seorokerto, Sosemito, Sipin, dan lain sebagainya.

Gapura tersebut merupakan gerbang masuk ke Kompleks Kerkhof Peutjut, pemakaman Belanda yang terletak di Gampong Sukarami, Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh, Aceh.

Nama-nama di dinding tadi adalah nama para serdadu Belanda atau Koninklijk Nederlandsch Indisch Leger (KNIL) dan pasukan khusus Korps Marechaussee yang tewas saat berupa melakukan ekspansi ke Aceh dan dimakamkan di pemakaman tersebut.

1. Bukti kegigihan masyarakat Aceh melawan Belanda

Salya Rusdi saat memperlihatkan makan Mayor Jenderal JHR Kohler (IDN Times/Muhammad Saifullah)

Salah satu jejak sejarah peninggalan masa kolonial Belanda di Aceh yang masih tersisa ialah pemakaman serdadu Belanda, yakni Kompleks Kerkhof Peutjut.

Pemakaman ini bagian dari sumber sejarah yang menyangkut sejarah perlawanan rakyat Aceh terhadap kolonialisme Belanda pada akhir abad ke-19 dan awal abad 20.

"Sebagai bukti kegigihan masyarakat Aceh pada massanya melawan penjajahan dan bukti kehebatan serta kepahlawanan rakyat Aceh dalam menentang kolonialisme Belanda,"kata Juru Kunci Kerkhof Peutjut, Salya Rusdi, kepada IDN Times.

2. Lebih 2.200 orang yang dikuburkan, mulai jenderal hingga warga biasa

Editorial Team

Tonton lebih seru di