Gordang Sambilan: Ekspresi Jiwa, Identitas Masyarakat Mandailing Natal

Gordang Sambilan adalah salah satu alat musik tradisional yang berasal dari daerah Mandailing Natal, Sumatera Utara. Alat musik ini terdiri dari Sembilan gendang besar yang dimainkan bersama, menciptakan irama yang mendalam.
Sebagai bagian integral dari budaya Mandailing, Gordang Sambilan tidak hanya berfungsi sebagai alat musik, tetapi juga sebagai simbol ekspresi jiwa. Yuk simak ulasannya:
1. Sejarah dan asal-usul Gordang Sambilan
Gordang Sambilan, Gordang artinya gendang sedangkan Sambilan artinya sembilan. Gordang Sambilan muncul sejak tahun 1475 di daerah Mandailing Natal pada saat itu Raja yang memimpin adalah Raja Sibaroar dari Kerajaan Nasution. Kata Sambilan dalam alat musik ini memiliki arti arti yang beragam versi. Ada yang berpendapat.
Sembilan gendang tersebut sama dengan jumlah raja yang dulunya pernah berkuasa di Mandailing Natal yaitu, Nasution, Pulungan, Rangkuti, Hasibuan, Lubis, Matondang, Parinduri, Daulay, dan Batubara. Menurut pendapat lain gendang yang berjumlah sembilan merupakan jumlah pemainnya yang terdiri dari raja, naposo nauli bulung (Kaum muda), anak boru, dan kahanggi.