ilustrasi uang habis (pexels.com/Ahsanjaya)
Meskipun sudah mendapatkan uang sendiri, namun berhemat merupakan hal yang dianggap Clarissa harus dilakukan. Selain bisa memenuhi kebutuhan yang dianggap penting, dengan cara itu juga dirinya menjadi bisa menabung.
Clarissa tak urung menjelaskan bahwa dalam berhemat, tak jarang ia melewati proses pertengkaran batin. Terlebih tidak sedikit Gen Z dengan tren dan gaya hidupnya berpotensi mengeluarkan banyak uang untuk hal yang tidak perlu.
Clarissa mengaku salah satu jurus frugal living yang sering ia lakukan adalah dapat memahami psikoanalisis. Di mana dalam praktiknya, kehadiran id, ego, dan superego harus dipertimbangkan dengan matang sebelum ia mengambil keputusan.
"Saya kepincut setelah membaca tentang psikoanalisis Sigmund Freud terkait id, ego, dan superego. Secara sederhana, id adalah keinginan dasar manusia yang sifatnya itu masih mentah. Sementara ego adalah tindakan dari manusia yang menuntunnya pada hal-hal yang realistis, untuk mempertimbangkan apakah id itu baik untuk diwujudkan atau tidak berdasarkan keadaannya. Sementara superego berkaitan dengan moral dan etik," jelas Clarissa.
Ia memberi contoh penerapan id, ego, dan superego dalam proses menghemat. Clarissa mengaku sering punya id atau keinginan dasar seperti membeli sepatu kekinian. Namun ego hadir sebagai prinsip yang mengantarnya ke hal yang realistis.
Ego Clarissa sering menentang id-nya karena ia takut tidak bisa membayar uang kuliah dan tidak bisa makan hanya karena membeli sepatu kekinian. Clarissa takut hal itu terjadi hanya karena kebutuhan mentah saja (id).
Sementara superego disebut Clarissa hadir dan cenderung mendukung ego. Superego yang berkaitan dengan moral dan etik, mengingatkannya pada pesan ibunya yang meminta Clarissa berhemat, karena mereka juga bukanlah golongan masyarakat kaya.
Alhasil karena memahami prinsip id, ego, dan superego, Clarissa bisa menahan diri untuk berperilaku frugal living. Terlebih dalam mengambil keputusan, ia tidak gelap mata mengikuti id-nya.
"Termasuk dengan lingkungan pertemanan. Karena lingkungan pertemanan bagi saya sangat berpengaruh ke gaya hidup. Carilah lingkungan pertemanan yang bisa support kita. Jangan sungkan untuk cut off teman kalau kita sudah merasa tidak sejalan. Jangan mengikuti gaya hidup orang dan be yourself," tutur Clarissa.