Prof Nilakantisari seorang Guru Besar ahli Kepurbakalaan berasal dari Madras, India, menemukan prasasti tahun 1208 di Portibi yang kemudian dibaca. Melalui prasasti tersebut, beliau menjelaskan bahwa di 74hU. 1024, kerajaan Cola dari India menyerang Sriwijaya sekaligus menguasai daerah Barus.
Sedangkan, hubungannya dengan Si Raja Batak adalah waktu dari diperkirakan hidup pada tahun 1200. Sedangkan, Raja Sisingamangaraja ke XII diyakini sebagai keturunan Si Raja Batak generasi yang wafat pada tahun 1907.
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kemungkinan besar leluhur dari Si Raja Batak merupakan pejabat atau pejuang dari Sriwijaya. Kedudukannya sendiri diyakini ada di Barus, sebab pada abad tersebut, kerajaan Sriwijaya menguasai seluruh Nusantara.
Sedangkan, kepemimpinan dari Si Raja Batak mulai berubah setelah kerajaan Cola menyerang. Sehingga mereka terdesak dan mencoba memperluas wilayah dengan perang untuk mendapat kekuasaan perang dan keuntungan lainnya, yang mencakup Danau Toba, Simalungun, Tanah Karo, Dairi dan sebagian wilayah Aceh.