Referensi sejarah menyebutkan Brandan Bumi Hangus diawali dengan invasi pasukan Sekutu bersama Belanda yang dikenal dengan sebutan Agresi Militer 21 Juli 1947 ke wilayah Sumatera Utara.
Pasukan sekutu yang dikenal dengan nama Komando Batalion 4-2, mengerahkan pasukan infanteri didukung satu peleton Carrier, panser, serta satu detasemen binaan Poh An Tui.
Setelah berhasil melumpuhkan pasukan pejuang di Stabat, 5 Agustus 1947 pasukan sekutu berhasil melintasi Tanjungpura dan tertahan di Gebang.
Di Pangkalan Brandan, para pejuang mengetahui sasaran pasukan sekutu berupaya merebut tambang minyak tersebut. Panglima Devisi X TRI yang berkedudukan di Banda Aceh memerintahkan agar tambang minyak itu dimusnahkan.
Pada 8 Agustus 1947, Komando Sektor Barat/Utara (KSBO) mendapat kabar pasukan Belanda sedang mempersiapkan serangan besar-besaran, guna merebut tambang minyak. Bahkan, Radio Hilversum Belanda di Jakarta telah menyiarkan berita propoganda yang menyatakan Pangkalanbrandan telah dikuasai sekutu.
Pada 11 Agustus 947, Mayor Nazaruddin selaku Komandan Batalion Pengawal Kereta Api dan Tambang Minyak (TPKA dan TM) dan Plaastslijk Militer Comandant (PMC) bersama satu kompi dari batalion pimpinan Letnan Ahyar dan laskar rakyat gabungan pimpinan Ahib Lubis, mengeluarkan maklumat yang ditujukan kepada seluruh penduduk untuk meninggalkan Kota Pangkalanbrandan dan sekitarnya selambat-lambatnya 12 Agustus 1947.
Pada hari yang sama, jembatan Securai diledakkan untuk menghambat lajunya pasukan sekutu. Sementara PMC Pangkalanbrandan juga mempersiapkan badan untuk mengurusi pengungsian yang dipimpin Patih Sutan Naposo Parlindungan.
Pembumihangusan tambang minyak Pangkalan Brandan diawali dengan meledakkan tanki-tanki besar, pondasi penyulingan, dan gedung-gedung perusahaan tambang minyak, sekitar pukul 03.00 dini hari, 13 Agustus 1947. Api berkobar di Pangkalan Brandan.
Akibat peristiwa ini, Pangkalan Brandan beserta industrinya luluh lantak dan terbakar sehingga sistem ekplorasi yang biasanya berjalan akhirnya berhenti total.
Saat ini ada 5 Unit Operasi Daerah Produksi di bawah Pertamina, Unit I yang membawahi daerah Aceh dan Sumatera Utara berkantor pusat di Pangkalan Brandan.