5 Dampak Persaingan Ranking untuk Perkembangan Anak di Sekolah

Ranking di sekolah sering dianggap sebagai ukuran keberhasilan anak dalam belajar. Tapi di balik angka-angka itu, ada banyak cerita yang gak kelihatan. Mulai dari rasa cemas, stres, sampai kehilangan semangat untuk belajar. Gak sedikit anak yang merasa dirinya gagal hanya karena gak masuk lima besar.
Sistem peringkat ini udah jadi budaya di banyak sekolah, bahkan dianggap lumrah. Padahal, dampaknya bisa nyentuh aspek mental dan perkembangan jangka panjang anak. Persaingan yang terlalu ketat bisa bikin anak tumbuh dengan tekanan, bukan motivasi. Yuk, kita bahas lebih dalam soal sisi lain dari persaingan rangking ini.
1. Menumbuhkan kecemasan dan tekanan yang berlebihan

Persaingan ranking itu sering kali bikin anak ngerasa kayak lagi lomba lari estafet, tapi tanpa tim. Mereka lari sendirian, dan tiap kali gak nyampe target, rasa cemas langsung dateng tanpa diundang. Bayangin aja, tiap pulang sekolah yang dibahas bukan pelajaran, tapi nilai, dan itu bisa jadi beban mental yang berat.
Tekanan ini gak cuma datang dari guru atau sekolah, tapi seringnya dari orang tua juga. Anak jadi takut bikin kesalahan karena takut dimarahin, bukan karena pengen belajar. Akibatnya, belajar jadi kewajiban yang bikin stres, bukan sesuatu yang bikin penasaran dan semangat.
2. Membentuk pola pikir bahwa nilai adalah segalanya

Kebanyakan anak jadi tumbuh dengan keyakinan bahwa nilai di rapor adalah cermin kualitas dirinya. Nilai bagus berarti kamu anak hebat, nilai jelek berarti kamu kurang usaha, padahal kenyataannya gak sesederhana itu. Sayangnya, sistem ranking sering kali memperkuat anggapan itu.
Dampaknya, anak jadi fokus ngejar angka, bukan pemahaman. Mereka rela ngafalin materi tanpa ngerti esensinya, yang penting score tinggi. Padahal dunia nyata butuh lebih dari sekadar angka, kreativitas, empati, dan kemampuan kerja sama juga sama pentingnya.
3. Menghambat kreativitas karena takut gagal

Ketika ranking jadi patokan utama, banyak anak yang jadi terlalu hati-hati buat eksplorasi hal baru. Mereka takut salah, takut nilainya turun, dan akhirnya memilih cara aman yang itu-itu aja. Lama-lama, keberanian buat mikir di luar kotak pun menghilang.
Padahal kreativitas tumbuh dari keberanian buat nyoba dan gagal. Tapi karena sistem gak ngasih ruang buat itu, anak jadi kehilangan kesempatan buat berkembang lebih luas. Bukan karena mereka gak bisa, tapi karena mereka dibiasakan buat gak ambil risiko.
4. Bikin anak enggan mencoba hal baru di luar pelajaran

Anak yang fokus sama rangking cenderung milih kegiatan yang bisa menunjang nilai, les, kursus, atau belajar tambahan. Mereka mulai menghindari aktivitas yang menurut mereka gak “produktif” secara akademik kayak seni, olahraga, atau komunitas. Padahal di situlah tempat mereka bisa nemuin potensi lain dalam diri mereka.
Kalau dibiarkan terus, ini bisa bikin anak kehilangan keseimbangan hidup. Mereka tumbuh jadi seragam dan gak punya pengalaman lain yang bisa memperkaya cara pandangnya terhadap dunia. Sayang banget, karena masa sekolah seharusnya jadi waktu eksplorasi, bukan cuma kompetisi.
5. Menurunkan rasa percaya diri

Kebayang gak, gimana rasanya selalu dapet peringkat bawah meski udah usaha sekuat tenaga? Gak semua anak punya kecepatan belajar yang sama, dan bukan berarti yang nilainya kecil itu gak pintar. Tapi karena sistem rangking, mereka jadi merasa kalah terus-terusan.
Lama-lama, rasa minder itu tumbuh jadi sikap pasrah dan gak berani bersuara. Anak merasa dirinya gak cukup baik buat bersaing, padahal mereka cuma perlu pendekatan belajar yang beda. Di sinilah pentingnya membangun kepercayaan diri yang gak bergantung pada nilai doang.
Persaingan rangking mungkin dimaksudkan untuk mendorong anak berprestasi, tapi kalau gak dikontrol dengan bijak, bisa berdampak sebaliknya. Anak-anak butuh tumbuh di lingkungan yang menghargai proses, bukan cuma hasil. Yuk, bantu mereka tumbuh bukan untuk jadi yang terbaik, tapi jadi versi terbaik dari dirinya sendiri.
Jadi, mulai sekarang, boleh dong kita ubah pandangan: belajar itu bukan buat dapet ranking, tapi buat berkembang. Setuju gak?