Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Hutan kemenyan di kawasan Tapanuli Utara dijaga kelestariannya melalui kearifan lokal. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Kemenyan identik dengan hal mistis? Anggapan itu keliru besar. Siapa sangka, getah wangi dari pedalaman Sumatra Utara ini adalah rahasia di balik kemewahan parfum dunia sekelas Louis Vuitton dan Gucci.

Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menyinggung soal hilirisasi kemenyan, banyak yang tertawa. Padahal, gagasannya benar. Jauh dari citra ritual, kemenyan Tapanuli adalah komoditas kelas dunia. Masyarakat Batak menyebutnya haminjon. Sejarahnya pun luar biasa, getah ini sudah menjadi barang dagangan utama sejak zaman kuno, bahkan dipakai sebagai pengawet mumi firaun.

Untuk itu daripada berbasa-basi, mari kita lewati rimbunnya hutan Tapanuli hingga gemerlap etalase parfum dunia, untuk melihat empat fakta yang membuat haminjon begitu berharga.

1. Kemenyan Bukan Tanaman Manja, Ia Penjaga Hutan Sejati

Panen Kemenyan di Toba (Antara Foto/Septianda Perdana)

Kemenyan adalah tanaman yang "anti-monokultur". Ia tidak bisa tumbuh di lahan terbuka atau perkebunan tunggal. Pohon kemenyan (Styrax sp.) justru membutuhkan naungan dari pohon-pohon hutan lain yang lebih besar untuk menghasilkan getah berkualitas. Jika pohon pelindungnya hilang, produksi getahnya akan anjlok.

Keunikan inilah yang mengubah kebun kemenyan atau tombak haminjon  menjadi ekosistem yang lebih mirip hutan alami yang beragam daripada sekadar ladang pertanian. Secara tidak langsung, para petani kemenyan (parhaminjon) adalah pahlawan lingkungan. Demi merawat pohonnya, mereka harus menjaga kelestarian seluruh hutan di sekitarnya.

2. Dianggap Jelmaan Putri Raja, Panennya Penuh Adab

ilustrasi pembakaran dupa (unsplash.com/Ray Allbrow)

Bagi masyarakat Batak, kemenyan itu sakral. Ada legenda indah di baliknya. Konon, pohon kemenyan adalah jelmaan seorang putri raja bernama Boru Raja, yang lari ke hutan untuk menghindari kawin paksa dan berdoa agar diubah menjadi pohon yang hasilnya bisa melunasi utang sang ayah.

Karena dianggap kerabat, memanennya tidak bisa sembarangan. Ada ritual khusus bernama marhottas. Sebelum panen, petani mempersembahkan sesajen dan doa. Filosofinya sederhana namun dalam, hutan harus didekati dengan "hati yang bersih". Berkata-kata kotor diyakini bisa membuat getah kemenyan enggan keluar.

3. Punya "Sidik Jari" Kimia, Rahasia Parfum Tahan Lama

ilustrasi parfum(unsplash.com/Jessica Weiller)

Status premium Kemenyan Tapanuli punya dasar ilmiah yang kuat. Keunggulannya terletak pada "tanda tangan kimiawi" uniknya, yang didominasi oleh senyawa asam sinamat. Senyawa inilah yang memberinya aroma khas balsam yang hangat, sedikit pedas, dan kompleks.

Profil ini beda jauh dari pesaingnya, Siam Benzoin, yang beraroma lebih manis seperti vanila. Karena keunikannya, Kemenyan Tapanuli sangat dicari industri parfum. Tak hanya sebagai sumber wangi, ia juga berfungsi sebagai fixative. Tugasnya? Membuat aroma parfum menempel lebih lama di kulit.

4. Dulu Seharga Emas, Kini Nasib Petaninya Cemas

Kunjungan Pokja Penurunan Emisi GRK di Desa Simardangiang, Kecamatan Pahae Hulu, Kabupaten Tapanuli Utara (dok PETAI Sumut)

Inilah paradoks menyedihkan dari kemenyan. Dulu, komoditas ini sangat berharga. Harganya bahkan disebut setara emas pada era 1960-an. Namun kini, kesejahteraan itu seolah memudar.

Bayangkan, harga di pasar internasional bisa mencapai jutaan rupiah per kilogram. Tapi di tingkat petani, harganya seringkali hanya sekitar Rp200.000. Masalah utamanya adalah rantai pasok yang terlalu panjang dan dikuasai tengkulak. Akibatnya, generasi muda lebih memilih merantau daripada menjadi petani kemenyan. Sebuah ancaman serius bagi tradisi dan ekosistem.

Tapi, harapan baru mulai tumbuh. Pemerintah kini mendorong pengolahan kemenyan di tingkat lokal agar nilainya naik. Ada juga upaya untuk mendaftarkan "Kemenyan Tapanuli Utara" sebagai produk Indikasi Geografis (IG). Sebuah langkah penting untuk melindungi keasliannya dan menaikkan posisi tawar para petani.

Kemenyan Tapanuli adalah cerminan kekayaan alam, kearifan lokal, dan ironi ekonomi bangsa kita. Sudah saatnya kita mengubah cara pandang dari citra mistis menjadi mahakarya agraris. Sebab, di balik setiap tetes getahnya yang dihargai jutaan, ada kisah para petani yang menjaga tradisi dan hutan. Menghargai kemenyan berarti menghargai mereka.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team